Lihat ke Halaman Asli

Belajar Minta Maaf dari Ketupat

Diperbarui: 14 September 2020   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DokPri

Para pinisepuh dulu mengajarkan etika tidak dengan kata-kata tetapi dengan sanepan, perlambang atau simbol tertentu. Bahkan dengan sebuah makanan khas daerah.

Maka sudah sewajarnya apabila para generasi selanjutnya untuk dapat memahami apa yang dimaui oleh para sesepuh. Salah satunya adalah ajaran untuk mengaku salah dan meminta maaf apabila kita berlaku khilaf.

Adalah makanan ketupat dan lepet yang menjadi media pengajaran para tetua di jaman dahulu kala. Ketupat asal kata ngaku lepat yang berarti mengaku salah. Di wilayah lain kita juga menemukan makanan khas yang maknya sama yaitu lepet, mengaku salah.

Pada jamannya dulu makanan ini hanya ada pada peristiwa tertentu, misalnya lebaran. Ini menunjukkan bahwasanya makanan tersebut mempunyai filosofi khusus.

Sekarang kita tidak harus menunggu momen tertentu untuk dapat menyantap kedua makanan khas daerah tersebut. Pagi-pagi kita bisa nyarap dengan ketupat sayur atau ketupat tahu.

Falsafah yang diajarkan nenek moyang apabila kita berbuat salah baik ucapan atau tindakan, bersegeralah meminta maaf. Tidak usah gengsi atau merasa turun martabatnya.

Justru dengan mengakui kesalahan dan dibarengi dengan meminta maaf derajad kemanusiaan kita meningkat.

Sayangnya saat ini sering kita dapati banyak orang yang berbuat salah, bisa salah ucap atau keliru bertindak bersikukuh tidak mau meminta maaf. Gengsi katanya. Tragis kan ?!

Tidak ada salahnya kita menyontoh kepada para pinisepuh yang dengan halus mengajarkan kepada kita bagaimana kita bertutur kata dan berperilaku.

#refleksidiri5

Jkt, 140920




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline