Lihat ke Halaman Asli

Rifki Sanahdi

Nama lengkap

Habibie dan Cita-cita Anak Muda Indonesia

Diperbarui: 12 September 2019   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat mendengar kabar tentang kepulangan eyang BJ Habibie ke pangkuan Allah SWT, saya kaget. Cita-cita saya untuk bertemu beliau sampai saat ini belum kesampaian. Jujur, ini untuk pertama kalinya saya merasa kehilangan seorang tokoh. 

Beliau bukan keluarga dan tak memiliki ikatan profesional apapun dengan saya, tetapi entah kenapa di antara beberapa mantan politisi yang ada, beliau begitu membekas di hati. Kemungkinan terbesar karena sejak kecil namanya seringkali disebut oleh orang tua.

Sejak kecil memang dalam memori kepala saya Habibie adalah salah satu symbol kecerdasan anak bangsa. 

Beliau memang tidak pernah memotivasi saya secara langsung, tetapi perjalanan hidupnya sudah cukup menjadi pembakar semangat untuk terus belajar dan mengabdi. 

Dalam empat tahun belakangan, video-video pidato beliau tidak pernah absen saya tonton. Saat semangat luntur, seakan-akan cerita perjuangan Habibie selalu terngiang-ngiang di telinga, dan itu membuat saya menjadi lebih semangat belajar; berusaha lebih keras dari biasanya.

Tadi malam suasana begitu mellow; saya melihat beranda facebook dan juga story di watsapp dipenuhi ucapan bela sungkawa atas kematiannya. 

Melalui tulisan singkat ini saya ingin mengenang almarhum melalui mimpi-mimpi yang dulu pernah, sedang dan akan saya perjuangkan. Hal pertama yang begitu berkesan dari sosok kepribadiannya yaitu etos belajar dan kerja yang tinggi. 

Sampai umur setua itu, 83 tahun, saya melihat ada energi positif dan juga pemikiran yang energik yang selalu beliau tunjukkan saat memberikan beberapa kuliah singkat. 

Tanpa hendak membanding-bandingkan dengan orang lain, beliau menjadi motivator langka yang tidak hanya mengedepankan indahnya kata-kata saat berpidato, melainkan disertai perbuatan. 

Hal itu yang mendorong saya untuk terus bergerak dan keluar dari zona nyaman yang kenikmatannya kerapkali menipu. Saya akui, otak saya tidak secerdas Habibie, dan juga aktivitas sehari-hari saya tak seproduktif beliau. Akan tetapi setidaknya sekitar 4 tahun terakhir, saya berikhtiar untuk menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya. 

Hari-hari saya lalui dengan melakukan minimal satu hal yang bisa meningkatkan kapabilitas diri saya walau hanya mempelajari resep masakan atau menyiram tanaman. Setidaknya ada nilai yang sedang saya perjuangkan yaitu semangat belajar dan juga mengabdi pada apapun yang melaluinya tuhan memberikan kita kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline