Lihat ke Halaman Asli

I Love Makassar, Terima Kasih Takalar

Diperbarui: 18 Desember 2015   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MUHALIS BEBANG (Guru SMP Negeri 36 Makassar)

Putih…..aku memilihmu menemani perjalanku sore ini bukan karena selera dan citra. Putih memang mencitrakan keanggunan dan kebersihan, Putih. Selera masyarakat kita sekarang dominan warna putih. Di jalan-jalan mobil dan motor banyak yang berwarna putih, handphone warna putih, para pememimpin kita juga suka mengenakan baju warna putih. Putih, aku  belum mampu memanjakanmu dengan roda empat yang berwarna putih, saat ini kita akan menembus cuaca yang sepertinya kurang bersahabat, hanya dengan roda dua yang sesaui dengan kemampuan kita.

Begitu sabuk pengaman dikencangkan, Engkau rebahkan tubuh dengan manja di kedua pahaku. Engkau begitu bersemangat saat kubisikkan padamu, bahwa kita akan melewati tempat yang eksotik di pesisir selatan Sulawesi selatan. Sepertinya Engkau telah siap dengan perjalanan kita sore ini menembus mendung yang sedari tadi menggelayut. Aku tahu engkau begitu takut dengan hujan. Saya juga tahu engkau lebih takut dengan banjir yang senantiasa datang setiap musim hujan. Banjir yang setia menyapa ketidakpedulian manusia pada lingkungannya. Seperti ketidakpedulian warga untuk membersihkan, menjaga drainasenya masing-masing.

Sesaat sebelum kendaraan yang akan membawa kita ke Makassar melaju, engkau berteriak dengan kencang seakan memproklamirkan pada sekitarmu, pada teman-temanmu, pada rerumputan yang mulai menghijau, pada pucuk-pucuk lamtoro, bahwa kita akan berpisah. Sepertinya engkau mau berpesan pada mereka yang telah menemanimu melukis waktu, “jaga kebersihan Sanrobone, jaga kerukunan dan keamanan, meskipun selama ini kita beda pilihan”.

Putih, semangat kedaerahanmu begitu tinggi, Engkau begitu cinta dengan budaya lokal warisan leluhurmu. Mungkinkah semangat  juang yang engkau tunjukkan dalam kebersamaan kita warisan tokoh besar daerah ini Karaeng Galesong. Beliau adalah kebanggaan masyarakat Kabupaten Takalar dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Karaeng Galesong Nasionalis sejati, tidak hanya memikirkan dan mementingkan etnisitas dan kesukuannya.

I Mannindori I Karaeng Tojeng adalah sebutan lain untuk Karaeng Galesong. Ia putera pejuang dan pahlawan nasional, Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Timur. Karaeng Galesong yang lahir 29 Maret 1655, “memberikan bukti bahwa orang Sulawesi Selatan bisa jadi pejuang dan sukses dimana saja” (Jusuf Kalla). Karaeng Galesong berjuang hingga ke Pulau Jawa. Bersama dengan Sultan Ageng Tirtayasa dan Trunojoyo melakukan perlawan yang gagah berani terhadap kaum penjajah.

Putih……, ronamu drastis berubah dipenghujung kebanggaanmu pada tokoh yang sama kita banggakan. Aku tahu putih, Engkau resah dengan ego  etnis, ego kelompok, dan ego individu yang semakin menganga membentangkan jurang yang semakin lebar antara kita. Sekali lagi Engkau mendesah pilu.

Putih…., Engkau lebih banyak diam di awal perjalanan. Sepertinya ada resah yang menusuk. Senyum bekumu meronakan kegelisahan akan perpisahanmu dengan kerukunanan di Sanrobone. Kerukunan yang mengantarkannya menjadi daerah utama penghasil hewan ternak yang masyur di bagian selatan Sulawesi Selatan. Sepertinya engkau tidak rela berpisah dengan predikat tersebut. Sanrobone masyhur sebagai daerah penghasil ternak kambing di Kabupaten Takalar. Memang baru sekali ini saya menginjakkan kaki di Sanrobone yang terkenal dengan keramahan warganya. Keramahannya mengajak singgah melihat pesona dan daya tarik teman-teman sepermainan Si Putih.

Engkau masih tetap diam membisu Putih, berbagai cara sudah kulakuan untuk mengusir kebekuan di antara kita. Hamparan areal sawah yang sudah mulai digarap untuk menanam padi, hamparan tanaman jagung, kangkung, bayam, kacang panjang, sawi, kemangi, serta buah buahan lainnya seperti mangga, nangka yang siap panen, yang sekali lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Makassar. Sungguh besar partsipasi dan sumbangan desamu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota.

Putih, sengaja saya memilih jalan ini, bukan hanya menghindarkan kita pada kemacetan yang sudah jadi menu sehari-hari. Saya ingin menunjukkanmu betapa suburnya negerimu, betapa indahnya Takalar. Sebentar lagi Putih, kita akan melewati beberapa tempat wisata yang memanfaatkan bibir-bibir pantai sepanjang Galesong yang seksinya luar biasa. Masyarakat Kabupaten Takalar harus mensyukuri itu, dengan mengolahnya sedemikian rupa tanpa melupakan lestarinya lingkungan, Putih.

Senyum si Putih perlahan bangkit, menyaksikan para pedagang ikan berbondong menuju Beba’, dan Sampulungan. Dua tempat utama yang menjadi tempat berlabuh terakhir ikan-ikan yang dijaring para nelayan Galesong yang terkenal itu. Tiba di Lampu merah Engkau meronta hebat. Saya menduga, Engkaupun menduga bahwa inilah lampu disko yang disenangi oleh kaula muda. Sebagai temanmu yang baru, saya berusaha menyenangkanmu, mengapresiasi kegundahan, keresahan dan usahamu untuk memulihkan diri dari perpisahan dengan kumunitasmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline