Lihat ke Halaman Asli

Islam Nusantara adalah Kita

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah mengikuti istighasah yang diadakan Nahdlatul Ulama dan membuka secara resmi pertemuan para ulama NU di mesjid istiqlal Jakarta pada tanggal 14 Mei 2015, presiden Joko Widodo langsung membuat status dengan kata pembuka "nyess" di halaman facebooknya.

Mantan walikota solo itu juga mengatakan bahwa, dunia mengagumi kesantunan masyarakat muslim Indonesia. Tidak lupa ia menyelipkan kata-kata yang menurutku sangat mempesona: "Islam nusantara, bukan islam di nusantara." Di halaman facebook berikutnya, ia menuliskan: "Islam Indonesia, bukan islam di Indonesia."

Kalimat terakhir Jokowi itu mengingatkan kembali perkataan mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang telah mengawali ide pribumisasi islam. Ungkapan yang dikagumi dan menjadi rujukan warga NU itu adalah: "kita adalah orang Indonesia yang beragama islam, bukan orang islam yang tinggal di Indonesia."

Semangat nasionalisme begitu terasa dan terus tumbuh di hati warga muslim tanah air. Berbagai ungkapan untuk menyatakan perasaan cinta tanah air bermunculan, susul menyusul. Umpamanya kata-kata: "lahir batin Indonesia," yang banyak tertulis di baju dan di spanduk, di mana-mana.

Kekuatan kata-kata cucu pendiri NU yang multi talenta itu semakin lama semakin bertenaga. Sekarang kalimat itu telah menjadi "mantra" ampuh bagi warga ketika berhadapan dengan kelompok pejuang formalisasi syari'ah dan penegakan khilafah, yang bersemangat membubarkan NKRI dan terang-terangan melakukan makar.

Tidak ketinggalan pula kang Said Aqil Siraj, ketua umum PBNU, menggetarkan sentimen masyarakat muslim tanah air dengan wacana islam nusantara. Berkat sepak terjangnya mensosialisasikan karakter islam nusantara yang santun dan terbuka, beliau diberi penghargaan sebagai tokoh perdamaian no.6 dunia dari sebuah NGO pejuang perdamaian yang berkedudukan di Atlanta AS. Di tanah air, koran Republika juga memberi anugerah penghargaan itu. Statemen yang terkenal dari kang Said adalah: "yang pertama itu mencintai tanah air, barulah agama."

==============

Wacana islam nusantara terus menggelinding dan mendapat peliputan dari berbagai media, baik nasional maupun internasional. Lebih lagi yang mengatakakan tokoh-tokoh nasional yang sedang berada di atas pentas. Tidak berlebihan pula jika semua warga memilki keyakinan dan bersemangat menyaksikan perjalanan sejarah islam nusantara, yang terus bergerak untuk menciptakan dunia yang lebih damai.

PBNU juga telah membuka beasiswa untuk mahasiswa dari negeri islam lain, agar belajar islam nusantara di Indonesia, khususnya di perguruan tunggi NU yang tersebar di banyak provinsi dan kabupaten. Hari ini NU sudah memiliki 25 Universitas dan ratusan sekolah tinggi. Perguruan Tinggi NU itu, tidak termasuk perguruan tinggi yang dimiliki oleh pondok pesantren dan yayasan yang didirikan waga NU.

Ide yang terlahir seperti air yang mengalir. Semangat islam nusantara terus bergerak dan menginspirasi banyak pihak. Anak-anak muda NU dimanapun ikut bergerak serentak. Spontan dan terorganisir, mereka ikut membuktikan jati diri islam nusantara dengan berbagai cara. Di antaranya, melalui gerakan "AyoMondok".

Berbagai kegiatan untuk menyambut Muktamar NU pada bulan Agustus mendatang terus dilaksanakan, di seantero negeri. Seminar, bedah buku, dan sosialisasi tentang islam nusantara terus menggelegar. Baik yang diprakarsai langsung oleh NU, maupun yang muncul dari inisiatif warga masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline