Lihat ke Halaman Asli

Marudut Parsaoran Anakampun

Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Ibu

Diperbarui: 22 Desember 2020   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi


Sulit rasanya menorehkan tulisan ini, serasa berat jemari ini mengungkapkan rintihan jiwa. 

Menuliskan senyum indah raut wajah mu ibu. Cinta tulusmu tak dapat digambarkan. Bahkan pikiran  tak mampu membayangkan cinta tulusmu. 

Kisah cinta seorang ibu. Melahirkan anak kedunia. Merelakan raga untuk diecap. Dirobek bahkan di hisap. Dikuras habis seluruh tenaga mu. Sakit teramat sakit.  Untuk sibuah hati.

Ucapan apa yang harus dipersembahkan mengobati rasa sakitmu. Kamu lahirkan -Ku ke dunia, ditimang dan dibesarkan.

Rasanya air mata yang keluar tidak cukup mengobati sakitnya sobekan itu.  Kata-kata yang terungkap tidak cukup untuk membalas rintihan itu.

Nyawa sebagai taruhan melahirkan anak kedunia. Nafas di ujung kematian pun dikau tak merasa gentar.

Lalu dengan cara apa akan membalas cinta kasih mu. 

Waktu ini hanya sebatas pengingat, tidak cukup untuk membalas rasa sakitmu.

Harta dunia apa yang patut dipersembahkan untuk mu ibu. ? Tentu tidak akan pernah ada.

Selamat hari Ibu, jasamu sungguh tak terhingga. Untuk selamanya.

Salak. 22/12/2020

Marudut Parsaoran Anakampun




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline