Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Tatkala Fajar (16): Paving, Pasrah tapi Bukan Kalah dalam Kehidupan

Diperbarui: 31 Mei 2021   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. id.pinterest.com/jenniesir678

Semilir angin menggugahku dari kebosanan. Kembali aku lihat sekelilingku, sepi tanpa tetangga. Namun siapa bilang aku sendiri, aku ada teman-temanku. Aku jalani hari-hariku dengan mereka. 

Masih berharap walau dengan kecil harapan. Terkadang aku ingin menghentikan sang waktu, agar selalu tetap pagi. Aku sudah tidak kuat lagi tubuhku yang tak lagi muda selalu diguyur hujan, diterpa panas. 

Sudahlah, apa mungkin ini semua adalah nasibku? Namun aku bersyukur, selalu tangguh tanpa berkeluh kesah, aku selalu menerimanya walau pedih rasa.

Tak terasa hari terus bergulir, dari tahun ke tahun berjalan. Di sudut kehidupan juga tak berhenti, jalan dan keras. Ingin rasanya bangun dan menjejaki dunia yang indah ini. 

Namun apa daya? Kami terikat satu sama lain, sulit rasanya aku dan temanku beranjak dari sini. Masih ingatkah kalian dengan udara siang ini? Panas, aku ingin berteduh merasakan angin sepoi sepoi di sana. 

Bagaimana aku harus bahagia? Kalian tahu, aku selalu dijejaki, mereka yang merasa nyaman saat berjalan tak sedikitpun peduli dengan ku. Diludahi, diinjak sudah menjadi hari hariku. Namun aku masih berharap esok lebih baik dan selalu baik.

Sudah, aku tidak ingin larut dalam kesedihanku. Aku di sini bersama temanku selalu berharap esok masih ada. Tubuh kami yang usang memang masalah namun, aku tak mau memikirkannya lagi. 

Aku masih beruntung di penderitaanku aku masih memperoleh dukungan dari teman-temanku. Si daun kering, bunga, si kecil semut dan tentunya temanku lainnya. 

Kami selalu bersama menghadapi semua kesedihan. Setidaknya aku harus bersyukur memiliki mereka. Aku tangguh, sangat tangguh, selalu bahagia, selalu senang walau harus dijejaki tiap hari bahkan diludahi. Tubuhku juga lumayan kuat dalam menghadapi terik matahari dan dingin malam.

Aku tahu, aku memang makhluk kecil yang terikat kuatnya semen di sini. Aku juga tahu aku tak bisa melawan takdir bahkan logikaku. Ini aku, dan sudah begini adanya kehidupan. Sejenak aku ingin berfikir kembali, mengenai aku dan kawanku. Kuingin menitipkan harapanku pada siapapun yang membaca. 

Aku ingin hidup lebih lama lagi dengan fisik yang layak, tolong rawat aku. Aku berharap siapapun kalian pedulilah padaku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline