Lihat ke Halaman Asli

Martin Doloksaribu

Penggiat Industri

Menjaga Pertumbuhan Ekonomi, Menghindari Resesi

Diperbarui: 21 September 2020   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

BPS telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2020. Angka pertumbuhan menurun ke minus 5,32 persen dari triwulan sebelumnya sebesar 2,97 persen. Salah satu tanda resesi ekonomi adalah penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal. Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga menjadi penentu klaim resesi ekonomi Indonesia. Menjaga angka pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menjaga tingkat konsumsi rumah tangga domestik.

Di Indonesia konsumsi rumah tangga domestik merupakan faktor penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam beberapa bulan ini pemerintah telah menyalurkan insentif/subsidi ke masyarakat dalam berbagai bentuk. 

Pemerintah telah menyalurkan bahan kebutuhan pokok ke masyarakat, insentif bulanan Rp600.000,00 ke peserta Kartu Prakerja, subsidi pulsa bagi tenaga pengajar dan murid, tunjangan pulsa bagi ASN dan subsidi bagi karyawan swasta berpenghasilan kurang dari Rp5 juta. Ditambah adanya program kredit untuk pemulihan UMKM yang terdampak pandemi. Total anggaran untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sekitar Rp677,2 triliun.

Penyaluran subsidi/insentif dengan cara transfer langsung ke masyarakat juga telah dilakukan pemerintah negara-negara lain. Strategi ini diadopsi dalam beraneka ragam program tergantung kondisi masing-masing negara. Masing-masing Negara ingin segera memulihkan pertumbuhan ekonomi guna menghindari resesi.

Seberapa efektif anggaran ini dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi? Berharap ini akan efektif namun di lapangan masih perlu upaya pengawasan. Pertama, ketepatan penyaluran insentif/subsidi kepada yang berhak. Keakuratan data penduduk menjadi kunci. Data penerima berpotensi direkayasa. Insentif/subsidi dimungkinkan bermuara pada orang yang salah. 

Kedua, ketepatan penggunaan insentif/subsidi. Insentif/subsidi berupa uang tunai, pulsa ataupun bahan kebutuhan pokok. Untuk bantuan dalam bentuk pulsa atau kebutuhan pokok relatif mudah diatur peruntukkannya. Namun untuk bantuan berupa uang tunai terdapat kemungkinan penggunaan yang tidak tepat. Pemerintah sulit mengatur penggunaan uang tunai. Berharap masyarakat dapat menggunakannya untuk hal-hal yang tepat.

Dampak dari kucuran insentif/subsidi pemerintah semoga segera berdampak terhadap tingkat konsumsi rumah tangga domestik. Perlu kolaborasi pemerintah dan masyarakat. 

Berbagai program yang telah disusun dan dijalankan perlu direspon oleh masyarakat. Peran pejabat dalam menjalankan program pemulihan ekonomi semoga diwarnai oleh rasa kebersamaan untuk kepentingan orang banyak; tidak hanya untuk keuntungan sesaat dan untuk diri sendiri. Di sisi yang lain, masyarakat pun perlu berjalan ke arah yang sama. Hal yang rumit untuk diwujudkan karena pasti ada saja sebagian orang yang memanfaatkan kesempatan dalam situasi saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline