Lihat ke Halaman Asli

marlinuswaruwu

Pendidikan

Kurikulum Merdeka: Langkah Maju atau Tantangan Baru?

Diperbarui: 30 Juni 2025   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak diluncurkan, Kurikulum Merdeka menjadi topik yang hangat dibicarakan di kalangan pendidik, siswa, hingga orang tua. Dengan semangat pembelajaran yang berpusat pada murid dan fleksibilitas dalam penerapannya, kurikulum ini dianggap sebagai terobosan dalam dunia pendidikan Indonesia. Namun, di balik gagasan idealnya, muncul berbagai tantangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Langkah Maju: Menguatkan Peran Siswa dan Guru

Salah satu kekuatan utama Kurikulum Merdeka adalah penekanannya pada pembelajaran yang berpihak pada siswa. Siswa diberi ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya, bukan sekadar menghafal materi. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) misalnya, mendorong siswa untuk aktif, kreatif, dan memiliki kesadaran sosial.

Di sisi lain, guru juga memiliki kebebasan dalam merancang pembelajaran sesuai dengan konteks sekolah dan kebutuhan siswa. Ini tentu memberikan ruang inovasi yang lebih luas daripada kurikulum sebelumnya yang sangat kaku dan berorientasi pada ujian.

Tantangan Baru: Kesiapan dan Kesenjangan

Namun, fleksibilitas yang ditawarkan justru bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan kesiapan sumber daya. Tidak semua sekolah memiliki akses teknologi yang memadai, pelatihan guru yang merata, atau dukungan dari orang tua. Akibatnya, implementasi Kurikulum Merdeka menjadi timpang dan berpotensi memperlebar kesenjangan antarsekolah.

Banyak guru merasa kebingungan dalam merancang modul ajar atau mengelola pembelajaran berbasis proyek. Tidak sedikit pula yang menganggap perubahan ini terlalu cepat dan tanpa pendampingan yang cukup.

Kurikulum Merdeka memang merupakan langkah maju dalam merombak paradigma pendidikan yang selama ini terlalu berorientasi pada hasil, bukan proses. Namun, agar tidak berubah menjadi tantangan baru yang memberatkan, perlu ada komitmen nyata dari pemerintah untuk memastikan pelatihan, fasilitas, dan pendampingan berjalan secara adil dan merata.

Pendidikan bukan hanya soal perubahan kebijakan, tetapi juga bagaimana perubahan itu diterjemahkan dengan baik di lapangan. Jika tidak, kurikulum sebaik apapun hanya akan menjadi wacana indah tanpa dampak nyata. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline