Hay?
Apa kabar? Apakah aku masih menjadi bahan dan tokoh di dalam tulisan-tulisan bukumu?
Apa kabar dengan lagu-lagu untuk mengenangku? Apakah masih terdengar dimana mana saat kau pamerkan suara merdumu?
Barangkali sudah tidak, semenjak kau tahu buku dengan tokoh itu itu saja tidak akan menarik, lagu yang akan kau bawa manggung kemana mana akan terasa menjadi lagu yang membosankan.
Semalam aku duduk berdua dengan kekasih baruku, dia berkata bahwa cinta itu tidak ada, karena cinta itu tidak tampak. Tetapi aku tidak sepaham dengan pemikirannya, karena cinta tampak dengan sikap kita terhadap orang yang kita cintai.
Apakah kamu tidak sepaham juga denganku?
Aku yang kau seret dengan menjadikanku bahan dan tokoh di dalam bukumu adalah bentuk bahwa kamu mencintaiku dan kau tampakkan dengan bentuk tulisan.
Cintamu kau tampakkan dengan rasa kepeduliaanmu dan rasa menjagamu kepadaku.
Satu lagi, terlihat saat kau lebih memilih lagu-lagu sesuai perasaanmu saat mengenangku, saat aku dan kamu bersama hingga akhirnya harus bersama dengan yang lainnya.
Aku tidak sepaham, jika kekasih baruku ini berkata bahwa cinta itu tidak ada, karna ia tidak tampak.
Lantas, ukuran cinta itu seperti apa?
Ah sudahlah, aku tidak paham.
Yang ku pahami, sesuatu yang tak tampak akan terlihat sangat tampak, cinta itu tampak, karena cinta bisa di pendam namun tak bisa diredam.
Bahkan dendam dan cinta tidaklah beda jauh, karena ia akan mengatur jalannya sikap kita untuk bangkit atau jatuh, hilang atau utuh, berakal atau bahkan membuat otak merasa lumpuh.
Bagaimana dengan kabar cintamu? Masih ada atau tidakkah?