Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Andi Arief Sang Destroyer

Diperbarui: 7 Juni 2019   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: netralnews.com

Andi Arief tak pernah diam. Dia bagai pembawa genderang yang siap membawa kejutan dengan tabuhan kerasnya. 

Kejutan demi kejutan selalu dia lontarkan. Bagi yang menjadi sasaran serangannya tidak berlebihan jika dia Andi Arief disebut sebagai si "Destroyer" karena serangan yang dilancarkan pasti membawa kerusakan. Apalagi yang dia kritik adalah teman sejalan.

Setelah heboh dengan "Jendral Kardus" dan "setan gundul" kali ini dia kembali menyerang koalisi Prabowo. 

Ia menyebut partainya dijadikan kambing hitam dalam kekalahan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Dia pun mengungkit kembali peristiwa pemilihan cawapres hingga gelaran deklarasi yang tak melibatkan partainya maupun sang ketum, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

"Pasangan 02 deklarasi capres-cawapres tanpa melibatkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Artinya, merasa kuat dan punya perhitungan sendiri untuk menang. Dalam kenyataannya kalah, terpuruk, malah menyalahkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Ngambek pada kekuatan yang tidak dilibatkan," tulis Andi Arief dalam akun Twitter-nya, Jumat (7/6/2019). 

Tentu pernyataan ini membuat gerah pihak Prabowo. Lewat juru bicaranya Andre Rosiade Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga mengaku lelah dengan kegaduhan yang ditimbulkan oleh Andi Arief. 

Sebagai mantan aktivis nampaknya sifat meledak-ledak Andi Arief masih terbawa-bawa sampai sekarang. Dia sepertinya tidak peduli jika pernyataannya membawa sensasi dan dianggap sebagai cari perhatian. 

Hal yang menarik, pernyataan-pernyataannya itu tidak pernah ditegur keras oleh pihak Demokrat. Seolah mereka setuju dengan pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh Andi Arief ini.

Kalau ditelaah pernyataan-pernyataan yang disampaikannya, sebenarnya secara obyektif hal itu ada mengandung kebenaran.

Seperti pernyataannya mengenai "Jendral Kardus". Walau sampai saat ini tidak ada bukti pasti mengenai tuduhan itu, namun publik cukup dikejutkan tiba-tiba Sandi yang dijadikan Cawapres Prabowo, padahal tidak ada tanda-tanda sebelumnya. 

Nama Sandi sama sekali tidak disebutkan, termasuk nama yang direkomendasikan dalam Ijtihad Ulama yang menjadi pegangan koalisi Prabowo. Entah mengapa secara tiba-tiba dialah yang dipilih. Tentu ada kompensasi yang harus dibayar Sandi untuk posisi itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline