Lihat ke Halaman Asli

Sepi dan Seseduh Kopi

Diperbarui: 17 Desember 2021   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gerimis-gerimis hujan telah mendayu sepi
Membuat hati ini semakin terpojok dalam jeruji rindu
Hanya secangkir kopi menemani relung kesendirian ini,
Sambil mencoba menepis aroma sepi yang belum berujung.
Gundah rasa tak sehangat kopi yang baru kuseduhkan  
Semua yang terjadi kini perlahan beranjak pamit  bersama desiran angin dan rintikan hujan yang bersahutan
Aku harap engkau kian mendekatiku,
Melimpahkan gelimangan rasa aman dalam mahligai jiwa
seperti senja yang selalu mengiringi langkah pulang burung-burung di udara kembali ke sarangnya,
sebelum malam menutup hari.
Jangan berlama-lama lama engkau berpaling
Sebab, lelahku pun kian  mengganas jika hadirmu terus dalam misteri.
Tak perlu menyimpan galeri rasa pesimis,
Hadirmu selalu aku renungi, selalu kuhargai sepenuh hati,
Sampai raga ini berkalang di dalam pusaran tanah.
__________




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline