Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Save or Serve Our Planet?

Diperbarui: 2 Mei 2024   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://bpbd.bulelengkab.go.id/

Selama ini kita tanpa sadar telah berkata atau bahkan berbuat/bertindak sangat arogan dengan mengatakan : "Marilah kita menyelamatkan atau save bumi kita. Setelah saya renungkan dari yang disampaikan Guru saya, Bapak Anand Krishna, beliau mengatakan bahwa yang bisa kita lakukan adalah 'Melayani atau serve bumi kita'

Betul juga, bagaimana mungkin kita menyelamatkan bumi? Memang kita lebih kuat?

Ketika kita menyelamatkan anak atau seorang anak kecil, karena kita lebih kuat, sehingga bisa menyelamatkan ketika si anak daam bahaya. Tetapi bumi kita? Pastilah lebih besar dan kuat, sehingga yang kita lakukan semata melayani bumi. Itupun demi kehidupan kita. Karena kita tidak bisa hidup tanpa kasih Sang Ibu Pertiwi. 

Melayani seseorang bisa terjadi karena adanya persan kasih. Beda dengan menyelamatkan atau save, ada kesan arogansi. Kenyataannya tanpa ada bumi, kita semua tidak bisa eksis atau hidup. Dari Sang Ibu Pertiwi segala kehidupan bisa terjadi. Oleh karena itu, kita semua membutuhkan kemurahan Sang Ibu. 

Adanya perasaan kasih sebagai ungkapan syukur, kita melayani. Bukan untuk Sang Ibu, tetapi demi keberlangsungan kehidupan kita semuanya. Segala perbuatan kita selama ini ternyata hanya demi mengejar uang dan kedudukan, tanpa adanya perasaan kasih untuk melayani bentuk keterpaksaan.

Banyak orang atau bahkan group suatu lembaga menggunakan 'embel-embel' upaya penyelamatan bumi ternyata untuk mencari dana, bukan demi kasih untuk melayani Sang Ibu yang sekarang sedang menderita, karena selama ini kita eksploitasi dengan mengeruk perut bumi demi memenuhi kenyamanan hidup kita.

Apa yang kita alami selama ini adalah karena akibat ulah kita sendiri........

Kita tebang pohon untuk membuat kertas atau tissu semata untuk memenuhi kenyamanan kita. Yang terjadi adalah penebangan liar tanpa terkendali, banjir dan longsor karena Ulan kita yang lupa untuk mengasihi dengan cara melayani Sang Ibu.

Hal yang sama juga kita lontarkan dengan mengatakan bahwa kita membela Tuhan. Mungkinkah bisa membela Tuhan?

Tidak seorang pun mengenal Tuhan. Ya bagaikan seekor ikan yang hanya bisa hidup dalam air. Ketika kita bertanya, 'Wahai ikan, bisakah kau membela air?'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline