Lihat ke Halaman Asli

Afifuddin lubis

TERVERIFIKASI

Seperti Apakah Syahdunya Berlebaran di Mandailing?

Diperbarui: 15 Juni 2018   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kata " Mandailing" mengacu kepada dua pengertian. Pengertian pertama adalah tentang suku atau etnik. Sedangkan pengertian kedua mengacu kepada wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten Mandailing Natal yang merupakan satu dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Etnik Mandailing mayoritas beragama Islam malahan mungkin sekitar 98 persen etnik ini merupakan pemeluk agama Islam. Beberapa marga Mandailing antara lain Nasution, Lubis, Pulungan, Batubara, Rangkuty, Daulay, Matondang dan juga Parinduri.

Di Jakarta dan di kota kota besar lainnya di pulau Jawa, banyak bermukim orang Mandailing. Begitu juga halnya di beberapa kabupaten / kota di Sumatera Utara banyak orang Mandailing bertempat tinggal.

Karenanya untuk orang Mandailing,  di rantau manapun ia berada maka arti mudik baginya adalah berlebaran di tanah Mandailing. Secara umum perantau Mandailing mengharapkan sudah tiba di kampungnya di Mandailing H-2 sebelum 1 Syawal.

Hal ini dikejar mengingat pada H-1 sebelum 1 Syawal ada tradisi di kampung yaitu memasak lemang.Karenanya H-1 sebelum 1Syawal itu disebut juga "Sadari Mangalomang" yang artinya hari memasak lemang. Lemang dimasak di halaman rumah rumah penduduk .Bisa saja setiap rumah memasak lemang tetapi bisa juga beberapa rumah tangga memasak lemang secara bersama sama.

Pulut dan santan dimasukkan ke lobang bambu yang telah dipotong dengan ukuran satu meter. Bambu yang telah berisi pulut dan santan itu dijejerkan dalam posisi berdiri di halamsn rumah .Bambu bambu itu disandarkan pada bentangan kawat dan kemudian api pun dinyalakan.

Sembari memasak lemang itu berdatanganlah teman teman untuk ngobrol untuk menanyakan apa kabar di perantauan. Umumnya para pemudik Mandailing yang datang dari Jakarta, patungan menyewa bus yang berbasiskan kampung masing masing .Misalnya perantau yang berasal dari Kampung Manambin akan mencarter bus untuk tujuan Manambin .Perantau yang berasal dari Kampung Laru akan mencarter bus untuk Laru.

Umumnya bus yang mereka carter adalah bus ALS yaitu sebuah perusahaan bus yang dimiliki oleh pengusaha Mandailing yang berkantor pusat di Medan. Bus ini punya rute sampai ke Jawa. Selain bus ALS sering juga saya lihat bus Blue Bird yang dicarter dari pulau Jawa. Tentulah ngobrol di bus dengan sesama teman sekampung dengan menggunakan bahasa ibu merupakan keasyikan tersendiri.Waktu tempuh perjalanan dari Jakarta ke Mandailing di atas 48 jam.

Walaupun sudah puluhan jam bersama dalam satu bus tetapi adakakanya bahan cerita belum habis juga sehingga dilanjutkan lagi didepan halaman rumah sembari memasak lemang. Kombinasi pemudik dari Jawa, dari Medan dan penduduk kampung itu membuat suasana bercerita semakin asyik sehingga tidak terasa lemang pun sudah masak.

Selesai makan buka puasa terakhir di bulan Ramadhan ,bulu lemang pun dibuka dan tercium lah aroma yang sungguh nikmat. Potongan potongan lemang yang masih panas itu sungguh lezat dimakan dengan rendang yang juga masih panas. Pada malam harinya ngumpul di masjid mengumandangkan takbir memuji kebesaran Nya merupakan kenikmatan spiritual yang sangat berkesan.

Dan pada 1 Syawal pagi sekali, semua anggota keluarga sudah pada ngumpul .Dimulailah ritual itu.Masing masing keluarga yang hadir menyampaikan kata kata singkat yang intinya menyampaikan permohonan maaf kepada Ibu tersayang dsn kepada Ayah yang dicintai sembari terus mendoakan agar orang orang yang dikasihi itu panjang umur dan terus mendoakan agar putra putri nya dimanapun berada memperoleh hidup yang berkah serta dianugrahi rezeki yang halal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline