Lihat ke Halaman Asli

Maman Abdullah

Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Revolusi Sejati: Ketika Manusia Kembali Menjadi Hamba ALlah, Bukan Hamba Sesama

Diperbarui: 5 September 2025   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

divapress-online.com

 Dunia mengenal banyak revolusi. Tapi tidak semuanya membawa manusia keluar dari belenggu. Banyak yang hanya memindahkan rantai dari satu tangan ke tangan lainnya. Revolusi sejati adalah ketika manusia berhenti menjadi hamba materi, dan kembali menjadi hamba Ilahi.

Banyak yang Berubah, Tapi Tak Banyak yang Merdeka

Dunia telah menyaksikan berbagai revolusi: menggulingkan raja, menjatuhkan diktator, membakar parlemen, atau memekikkan "reformasi" di jalanan. Tapi setelah semua itu, apakah manusia benar-benar merdeka?

Apakah hidup menjadi lebih adil? Atau justru berpindah dari satu bentuk perbudakan ke bentuk perbudakan lainnya?

Dalam ilmu sosial, revolusi didefinisikan sebagai perubahan besar, cepat, dan menyeluruh terhadap sistem hidup: dari ideologi, hukum, ekonomi, hingga tatanan sosial. Tapi dalam kenyataannya, banyak revolusi hanya mengganti penguasa, bukan mengganti siapa yang benar-benar mereka sembah.

Revolusi-Revolusi Dunia: Besar, Tapi Belum Menyelamatkan

Kita menyaksikan Revolusi Prancis menggulingkan monarki dan membangun republik, tapi lahirlah kapitalisme yang menjadikan manusia budak pasar. Revolusi Rusia menumbangkan Tsar dan mendirikan komunisme, tapi rakyat tetap dicekik oleh elite partai. Revolusi Amerika menjanjikan kebebasan, tapi justru melahirkan sistem global yang menindas bangsa lain lewat ekonomi dan budaya.

Bahkan ketika sistem kerajaan diganti republik, atau otoritarianisme diganti demokrasi, pertanyaan dasarnya tetap sama: apakah manusia sungguh merdeka dari perbudakan sesama manusia? Atau mereka justru menjadi budak uang, jabatan, suara mayoritas, atau algoritma?


Indonesia: Berjuang Merdeka, Tapi Belum Merevolusi Sistem

Indonesia telah merdeka sejak 1945, dan mengalami reformasi pada 1998. Tapi yang berganti lebih banyak adalah orang, bukan sistem. Kita tetap berada dalam pusaran kapitalisme global, demokrasi prosedural, dan hukum warisan kolonial. Tanpa revolusi ideologis, perubahan kita hanya bersifat kosmetik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline