Lihat ke Halaman Asli

MomAbel

TERVERIFIKASI

Mom of 2

Mengapa Saya Menulis Puisi

Diperbarui: 23 September 2021   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa saya menulis puisi (Foto : pixabay.com/Lolame)

Saya bukan penulis produktif di Kompasiana. Ya iyalah, kompasianer hore gitu! Hehe...

Namun, ada suatu saat saya ingin mencoba bagaimana supaya bisa konsisten menulis seperti maestro Kompasiana pak Tjiptadinata Effendi (boleh dong berupaya?). Sungguh hebat beliau ini karena selama bertahun-tahun konsisten menulis : one day one article!

Bagi kompasianer hore nan payah seperti saya, one day one article itu berat! Satu artikel saja lama nulisnya. Belum kelar, sudah ditinggal mengerjakan yang lain. Harus ini dan itu.

Sebenarnya bukan hanya masalah riset (ceilehhh...) isi artikelnya saja. Biasanya saya berulang kali mengedit apakah artikel saya ada manfaat, tidak terlalu mengumbar privasi, dan atau tidak merugikan orang lain. Mungkin ini karena saya overthinking terhadap segala sesuatu.

Yah, sejujurnya saya juga kapok karena pernah disomasi sama pihak tertentu hanya karena salah ejaan pada nama brand saja. Tapi ya sudahlah... lupakan!

Lalu, saya berpikir bagaimana caranya bisa menulis tiap hari. Ahayyy.... akhirnya saya berpikir kenapa tak menulis yang ringan, pendek, dan tak butuh waktu lama. Apalagi kalau bukan puisi? Hehehe... It was really great idea!

Puisi selain pendek, juga "aman" karena fiksi. Tapi jangan salah, yang pendek belum tentu mudah. Kecuali untuk suhu puisi di Kompasiana seperti mas Zaldy, mbak Ari Budiyanti, pak Pical Gadi, bu Fatmi, pak Ali Musri Syam, Ayah Tuah, dan berderet penulis puisi keren di Kompasiana. Bagi suhu puisi bisa jadi duduk sebentar pun sudah jadi puisi!

Lalu bagaimana dengan saya? Pertama menulis puisi, yang ada ya modal nekat saja. Itupun butuh waktu lama. Setelah jadi, saya malah tertawa. Semoga guru bahasa Indonesia saya tidak membaca atau tertawa di alam sana. Hihihi

Inilah puisi pertama saya : Satu Desember (klik disini).

Setelah menulis puisi, hmmm.. ternyata asyik juga. Puisi bagi saya juga menjadi media journaling. Ternyata banyak manfaatnya buat diri saya sendiri. Banyak hal dalam hidup keseharian yang penting untuk direfleksikan. Istilah menterengnya itu : "terkoneksi dengan diri sendiri."

Puisi tak melulu tentang kenangan dan cinta. Ada pagi yang selalu menyapa. Ada senja yang selalu setia. Tak ada salahnya mencoba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline