Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Tertinggal 128 Tahun? Akibat Pandemi, Pendidikan Semakin Merosot!

Diperbarui: 20 Februari 2021   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: pixabay.com)

Sepertinya obrolan kita yang satu ini cukup serius. Membicarakan masa depan anak bangsa yang ditentukan dari seberapa besar kualitas pendidikan kita. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua. 

Untuk guru, dosen, orang tua, masyarakat, terlebih untuk generasi yang saat ini merasakan pendidikan di tengah pandemi.

Sebelum ke arah sana, saya ingin share fakta mencengangkan untuk semuanya. Mungkin buat kamu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan atau update tentang pendidikan sudah mengetahuinya.

Ini adalah data PISA (Programme for International Student Asessment). PISA ini adalah tes pengujian dengan objeknya adalah anak sekolah berusia rata-rata 15 tahun dari berbagai negara. Peringkat terakhir rilis yaitu pada tahun 2018.

Pada tahun 2018 lalu, total ada lebih dari 70 negara yang megikuti tes PISA ini. Salah satunya adalah Indonesia. Kalau dihitung, total siswa-siswi yang mengikutinya adalah sekitar 600 ribu pelajar dari berbagai negara. 

Nah, tes yang dilakukan PISA ini berlangsung selama dua jam. Tes yang diujikan adalah kemampuan membaca, matematika, dan sains.

Ternyata, hasil PISA tahun 2018 lalu, Indonesia masuk ke dalam urutan 72 dari 77 negara dalam hal kemampuan membaca. Urutan ke 72 dari 78 negara dalam hal kemampuan matematika, dan urutan ke 70 dari 78 negara dalam hal kemampuan sainsnya. 

MIRIS! Mungkin kalian sudah tidak heran lagi betapa tertinggalnya negara kita. Ibarat teknologi, mungkin ketika negara lain sudah memakai kompor, kita masih memakai kayu bakar untuk menyalakan api.

Kalau kita lihat data PISA di atas, itu sangat nyata apa yang terjadi di masyarakat. Kita lihat bagaimana pelajar atau anak-anak kita sangat sulit untuk menyukai yang namanya membaca. Itu yang saya rasakan ketika mengajar di bimbel dan sekolah dari tahun 2013.

Sekalipun ada yang tertarik membaca, mungkin mereka bisa menghabiskan satu buku dalam kurun waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Sekalipun ada yang suka sekali membaca, pasti sangat sedikit yang berminat.

Kemudian matematika dan sains. Banyak sekali anak SMA yang tidak bisa bagaimana mengonversi satuan. Banyak sekali anak SMA yang untuk menghitung perkalian dan pembagian saja tidak bisa. Begitu pun mahasiswa, banyak sekali mahasiswa yang tidak bisa berbahasa inggris karena "kegagalannya" belajar ketika masa SD, SMP, dan SMA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline