Tinjauan Pustaka: Fondasi Komunikasi dalam Pariwisata Edukatif
Dalam dunia pariwisata, komunikasi memegang peran sentral sebagai jembatan antara destinasi dan wisatawan. Komunikasi pariwisata tidak hanya tentang promosi semata, tetapi juga tentang bagaimana membangun pengalaman yang bermakna. Menurut Kotler dan rekan-rekannya (2010), komunikasi pariwisata mencakup pertukaran informasi untuk membentuk persepsi positif terhadap sebuah destinasi. Hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat lokal.
Bandung Zoo sebagai salah satu destinasi wisata edukatif di Jawa Barat tentu tidak lepas dari dinamika ini. Pengalaman pengunjung tidak hanya ditentukan oleh atraksi satwa atau fasilitas, tetapi juga oleh bagaimana informasi disampaikan dan interaksi dibangun. Goeldner dan Ritchie (2009) menggambarkan pariwisata sebagai fenomena yang melibatkan mobilitas manusia dan menciptakan pengalaman sosial, budaya, dan ekonomi. Sementara itu, Pine dan Gilmore (1999) menekankan bahwa "pengalaman" adalah inti dari produk wisata---di sinilah peran komunikasi menjadi krusial, karena ia merangkai memori, emosi, dan pembelajaran.
Media pun turut membentuk wajah destinasi. Dalam era digital, media sosial seperti Instagram dan TikTok telah menjadi alat ampuh untuk menarik perhatian wisatawan. Gartner (1993) membagi media menjadi tiga kategori dalam membentuk citra destinasi: pengalaman langsung (organik), promosi resmi (yang dikontrol), dan ulasan dari pihak ketiga (yang diperkuat). Maka dari itu, strategi komunikasi Bandung Zoo ke depan harus mampu mengelola ketiga sumber ini secara kreatif dan informatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI