Lihat ke Halaman Asli

mad yusup

menggemari nulis, membaca, serta menggambar

Spirit Doll dan Fenomena "Halu" yang Kerap Diminati

Diperbarui: 7 Januari 2022   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

Belum genap seminggu memasuki tahun baru, jagat media sosial kembali riuh dengan fenomena kehadiran boneka arwah alias spirit doll yang digadang-gadang bisa membawa energi (spirit) positif bagi pemiliknya.

Para selebgram yang menjadi endorsement-nya tak sungkan memamerkan perlakuan mereka terhadap boneka-boneka (yang memang lucu) itu layaknya anak-anak beneran lewat akun pribadinya. Mereka -para orang dewasa itu- tak ubahnya seperti anak-anak kecil yang tengah bermain 'boneka-bonekaan' dengan perilaku yang nyaris sama. Mengajak berbincang, menyuapi, dan mendandani.

Fenomena tak wajar ini pun akhirnya mengundang kontroversi di masyarakat. Kenapa ada orang dewasa yang begitu konyol memperlakukan, bahkan memercayai adanya arwah (spirit) dalam sebuah boneka.

Self Defense Mechanism 

Kemajuan zaman yang kini telah di fase era informasi sudah seharusnya membuat manusia semakin mengedepankan rasionalitasnya. Kecerdasannya. Atau meminjam istilah Rocky Gerung, menggunakan akal sehatnya.

Alih-alih semakin terasah logikanya, kita malah terperosok untuk selalu denial, menyangkal alias melindungi diri sendiri dengan menolak kenyataan/realitas yang ada. Sebagai pelarian dari mentalitas kita yang cenderung 'sensi'. Sehingga tak aneh kalau berita-berita hoax pun mudah diterima.

Perilaku penyangkalan ini dalam dunia psikologi disebut sebagai Self Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri). Teori ini dikenalkan oleh psikolog Sigmund Freud (1856-1939) dan anaknya, Anna Freud (1895-1982). Menurut mereka, saat kita menghadapi situasi yang sulit atau tidak nyaman (entah karena kondisi sosial, politik, ekonomi) maka pikiran kita akan membuat cara tertentu untuk melepaskan diri dari kenyataan yang ada.

Sebab pada dasarnya, secara naluriah manusia selalu menghindari perasaan atau hal-hal yang sifatnya negatif, seperti: sedih, malu, kecewa, takut, bahkan juga marah. Pada saat inilah manusia membentuk mekanisme pertahanan diri.

Namun mekanisme ini sifatnya hanyalah reaksi alami jiwa terhadap masalah yang ada, bukan sebuah cara untuk menyelesaikan masalah. Karena emosi tersebut (sedih, malu, dsb) tidak benar-benar hilang dari benak kita. Tetapi hanya ditekan atau dikesampingkan saja. Justru akan menjadi masalah ketika cara ini dianggap sebagai sikap untuk menyelesaikan masalah!

Ada tujuh mekanisme pertahanan diri manusia, yaitu:

1. Penyangkalan (denial), reaksi ini timbul sebagai upaya pembelaan meski dia tahu bahwa apa yang dilakukannya salah. Misalnya, dia mengaku menggunakan zat adiktif saat sedang stress saja;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline