Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Luna Maya dan Perlawanan terhadap Standar Ganda di Masyarakat Kita

Diperbarui: 11 Mei 2025   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dekorasi pernikahan Luna Maya dan Maxime Boutier-tangyar dari instagram @lunamaya diunduh dari kompas.com

Luna Maya akhirnya menemukan jodohnya. Pernikahannya disambut dan dirayakan dengan bahagia oleh banyak perempuan. Para jomlo yang di usia 30-an tapi hilal jodoh belum nampak mulai ketar-ketir, "siapa lagi nih pegangan kita?"

Kabar pernikahan seseorang itu memang seharusnya kita sambut dengan suka-cita dan doa-doa baik bagi mempelai. Ini berlaku bagi semua orang, termasuk mantanmu yang meninggalkanmu untuk menikah dengan orang lain---meski praktiknya tidak semudah teori. Nah, sayangnya kabar bahagia seperti pernikahan Luna Maya dan Maxime Boutier itu juga tidak lepas dari ujaran-ujaran julid netizen.

Mereka sibuk mengomentari masa lalu Luna (bukan saya maksudnya), lengkap dengan label-label seksis, seperti "segel sudah rusak", "bekas" dan sebagainya. Ada komentar-komentar yang seolah mendukung, memberi selamat, tapi ujung-ujungnya ditutup dengan sindiran. Ada pula netizen sok suci yang malah bertindak sebagai polisi moral atas kesalahan Luna di masa lalu.

Komentar-komentar mereka semakin menguatkan keyakinan saya bahwa patriarki membenci perempuan yang menang. Patriarki ingin membuat perempuan tunduk pada kuasanya, kemudian menyerah dan kalah.

Mereka membuat standar ganda. Ketika perempuan melakukan satu kesalahan atau ketahuan memiliki aib di masa lalunya, orang-orang beramai-ramai menghujat perempuan tersebut dengan dalih memberikan sanksi sosial sebagai efek jera. Sementara laki-laki yang berbuat kesalahan yang sama hampir tidak pernah menerima konsekuensi serupa dari masyarakat. Padahal setiap manusia punya aib dan dosanya masing-masing.

Barangkali Anda masih ingat mengenai skandal menghebohkan yang pernah menyeret nama Luna Maya dan seorang vokalis band terkenal yang waktu itu jadi kekasihnya.

Namun, mengapa dalam kasus seperti itu yang terus-menerus dicemooh dan disalahkan selalu perempuan? Bukankah si laki-laki juga terlibat dan melakukannya secara sadar?

Ketika Keperawanan Jadi Standar Moral Perempuan

Penghakiman sosial selalu lebih kejam terhadap perempuan. Itulah yang terjadi pada Luna.

Masa lalunya terus diobok-obok. Mungkin mereka ingin bikin Luna kena mental. Sayangnya, orang yang dicaci ini malah makin sukses dan bahagia.

Perempuan diminta pandai-pandai menjaga diri dan kehormatan, tapi laki-laki dibiarkan liar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline