Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Menstruasi Itu Hal yang Normal bagi Perempuan, Mengapa Ditabukan?

Diperbarui: 20 Desember 2021   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menstruasi | Sumber: Shutterstock

Pernahkah Anda membicarakan atau mendiskusikan tentang pengalaman menstruasi Anda secara terbuka? Jika tidak, minimal kepada orang-orang terdekat? 

Kembali ke masa-masa sekolah dulu, bagaimana perasaan Anda saat mengetahui kalau darah haid tembus dan mengotori rok seragam? Apakah Anda buru-buru menutupinya dengan jaket, tas atau benda apapun yang penting bisa menutupi bercak darah yang menempel itu? 

Bagaimana ketika hendak membeli pembalut? Apakah Anda merasa malu kalau beli pembalut di toko dan penjualnya ternyata laki-laki? Apakah pembalut yang baru dibeli harus dibungkus rapat-rapat atau menggunakan kantong plastik warna gelap agar tidak diketahui orang? 

Menstruasi dan segala hal yang berkaitan dengannya adalah hal yang normal dialami oleh setiap perempuan yang sudah akil balig. Namun, konstruksi sosial budaya kita justru menganggapnya sebagai hal yang tabu, kotor dan menjijikkan. 

Tabu menstruasi telah dikenal sejak dulu. Sayangnya, persepsi tentang menstruasi adalah hal yang nyaris tidak berubah, bahkan sejak tahun 2000 SM. 

Pada zaman Mesir Kuno, perempuan yang sedang menstruasi tidak diperbolehkan untuk bekerja dan harus mengungsi keluar rumah sampai menstruasi selesai. Mereka harus mengungsi ke rumah komunal atau tinggal di sebuah ruangan yang dibangun di bawah tangga. 

Tradisi Yahudi dan masyarakat Jazirah Arab pra-Islam menganggap perempuan haid sebagai perempuan kotor sehingga tidak diperkenankan untuk makan bersama dan tinggal serumah dengan orang-orang. 

Dalam tradisi Kristen dan Katolik kuno, saat melakukan misa (ibadah), perempuan haid tidak dianjurkan untuk menerima komuni (ritual memakan hosti atau roti sakramen suci yang diberkati untuk mengenang sewaktu Yesus membagi roti sebelum disalib). 

Aturan ini masih dijalankan oleh sebagian penganut Kristen dan Katolik di beberapa negara, seperti Yunani, Rusia dan negara dengan mayoritas penganut Kristen Ortodoks. 

Praktik mengasingkan perempuan haid juga dilakukan di Nepal dan India (dikenal dengan nama tradisi Chhaupadi), di mana perempuan yang sedang haid harus tinggal jauh dari keluarga di sebuah bangunan ala kadarnya, tidak bersentuhan, beraktivitas atau berkomunikasi dengan orang lain, kecuali anak balita. Meski pemerintah telah melarang praktik ini sejak 2017 silam dan berita tentang praktik ini sudah jarang terdengar di India, namun persepsi mereka tentang perempuan menstruasi masih belum berubah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline