Lihat ke Halaman Asli

Mempertahankan Diri dari Cerpen

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah lama saya tidak memosting di kompasiana ini. Kali ini saya akan memosting yang berisikan “ATM-nya” dua dari cerpen dari salah satu cerpenis di Indonesia.

ATM merupakan, menurut si  Arfian C. Atmaja, akronim dari amati, tiru dan modifikasi. Pengamatan yang terjadi yang saya lakukan menghasilkan penemuan pola mempertahanan diri baik itu dari dalam maupun luar teks cerpen. Kemudian dalam proses meniru ini saya tidak plagiat dari kedua karya tersebut, karena saya juga memodifikasi berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebelum aktivitas ini. Hasil dari modifikasi dapat Anda baca di tautan berikut ini:

http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2015/03/16/eneng-si-kembang-desa-707019.html

Seperti ulasan di atas, hasil pengamatan yaitu pola mempertahankan diri. Definisi mempertahankan diri menurut kesotoyan (kesepengetahuan) saya adalah sesuatu aktivitas yang melindungi diri dari luar dengan berbagai cara. Contoh mempertahankan diri dalam keseharian diantaranya dengan makan dan minum yang banyak disertai minum obat agar tercipta daya tahan tubuh (daya imun) untuk melawan segala virus penyakit, menggunakan pakaian tebal untuk mempertahankan diri dari cuaca yang dingin, dan  mengeluarkan jurus silat untuk mempertahankan diri dari aksi kriminalitas. Dalam sastra pun dapat terlihat di dalam dua buah cerita pendek karya Putu Wijaya, yaitu Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-kata (selanjutnya akan disingkat menjadi BKBTK) dan Protes (kemudian saya akan menjelaskannya dengan singkatan Pr). Sebelum mememaparkan mengenai pertahanan diri dari dalam teks karya maupun seorang Putu Wijaya dari kedua cerpen itu, saya akan membahas mengenai persamaan (comparison) dan perbedaan (contrast) yang ada. Mungkin penjelasan Ini bisa jadi sudah menjadi rahasia umum bagi sastrawan, kritikus sastra, bahkan penikmat sastra. Tetapi, karena saya baru diperkenalkan dengan dua cerpen itu dari  dua minggu yang lalu. Maka, saya akan menjabarkannya di postingan ini.

Dalam kusastraan Indonesia, Putu Wijaya sudah tidak asing lagi. Beliau dikenal sebagai novelis, dramawan, cerpenis, dan esais. Dalam postingan ini membahas dua cerpennya yaitu BKBTK dan Pr. Kedua cerpen tersebut dari luar teks menunjukan lebih cenderung banyak dialog yang digunakan dibandingkan penuturan narasi dari narator. Banyak yang menduga alasan Putu Wijaya menggunakan hal tersebut disebabkan sosok Putu Wijaya adalah dramawan. Padahal untuk menyamakan tokoh-tokoh dalam kedua cerpen ini yang diantaranya ada tokoh yang cerewet dan tidak yang cerewet.  Itulah cara mempertahankan diri dari sosok Putu Wijaya dalam berkarya.

Mengenai kecerewetan si tokoh itu gunanya untuk mempertahankan diri atau mewakili tokoh lain. Jika mengitung jumlah tokoh hampir sama, tokoh dari BKBTK adalah: si aku, penjaga toko yang dapat mempertahankan diri melalui tokoh gadis berusia 25 tahun atau muda yang berprofesi sebagai pemilik toko, dan “keluarga ,[t]eman-teman,anak, istri, atau pacar [aku].” yang mewakili tokoh dari si aku; sementara tokoh dari Pr ialah: Baron, Pak Amat yang diam itu sebenarnya mempertahankan sosok Baron karena tugasnya sebagai “kepala proyek dengan gaji 50 juta”, masyarakat sekitar dan Bu Amat yang mempertahankan jeritan hati masyarakat sekitar.

Baik cerpen BKBTK maupun Pr di awal paragraf sama-sama menampilkan tokoh yang berjenis kelamin pria. Dalam cerpen BKBTK tokoh si aku ini mempertahankan dirinya di dalam toko bunga dari belum dibuka hingga satu jam dengan alasan tidak dapat menemukan bunga yang ia cari, “AKU menunggu setengah jam sampai toko bunga itu buka. Tapi satu jam kemudian aku belum berhasil memilih. Tak ada yang mantap. Lalu ia juga tetap mempertahankan “sebuah rangkain bunga tulip dan mawar berwarna pastel” bunga yang diidamkan olehnya. Ia tetap mempertahankan keinginan bunga tersebut walau ada halangan dengan menyebutkan bahwa, “Tidak, aku mau ini.

Sedangkan tokoh dalam Pr tokoh yang mempertahankan diri adalah Baron. Ia mempertahankan diri dari protes warga yang penyebabnya dari Baron yang berencana “membangun gedung tiga puluh lantai.”. Cara ia mempertahankan diri dengan berbicara pada Pak Amat yang dimulai dengan ucapan, “Kenapa mesti ribut. Ini, kan, rumah saya, tanah saya, uang saya?

Seperti yang diutarakan sebelumnya bahwa tokoh terdiri dari cerewet atau tidaknya membentuk perbedaan dari kedua cerpen ini. Dari cerpen BKBTK, tokoh penjaga toko sangat jelas diam hanya mempertahankan profesinya dengan cara menyapa dan memujikan dagangannya, karena sang penjaga toko dalam cerita ini terlihat diam maka seorang gadis cantik usianya di bawah 25 tahun. Atau mungkin kurang dari itu.” memiliki watak cerewet karena mewakilinya dan mempertahankan diri dari bunga dengan  “menunjuk ke bunga lain” kepada tokoh si aku. Alasan lain si gadis itu cerewet karena ia sebagai plot cerita menjadi twist. Begitu halnya dengan tokoh Pak Amat yang menjadi plot twist dalam cerpen Pr. Akan tetapi perbedaan Pak Amat dengan si gadis letaknya pada dari awal, Pak Amat hanya diam tidak banyak bicara karena ia menyatakan dirinya bahwa “diam itu emas”.

Disamping itu, tokoh lainnya adalah tokoh “keluarga ,[t]eman-teman,anak, istri, atau pacar [aku].”  dalam cerpen BKBTK, tidak banyak bicara karena sudah terwakili dengan adanya tokoh si aku. Hampir senada dengan itu, cerpen Pr, tokoh masyarakat sekitar suaranya diwakili oleh Bu Amat.

Sekian dari pengamatan dari dua cerpen karya Putu Wijaya yang memiliki persamaan dan perbedaan dalam mempertahankan baik terdapat dalam  ataupun luar teks. Sekiranya untuk mempertahankan diri saya, saya memohon maaf jika pengamatan ini kurang dari sempurna sebab saya sendiri memiliki kesan setelah membaca kedua cerpen tersebut terdapat elemen-elemen yang membingungkan tetapi mudah dicerna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline