Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Asyiknya Menikmati Suasana Malam di Kota Lama Semarang

Diperbarui: 26 Januari 2018   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Sri Gunting yang indah (dokpri)

Ke Semarang, Jawa Tengah, jangan hanya berburu Bandeng Presto atau Moaci. Sesekali berburulah "suasana malam" di Kota Lama, kawasan gedung-gedung tua peninggalan zaman kolonial Belanda. Singgahlah di Taman Sri Gunting, Jalan Letjen Suprapto.

Udara malam itu, terasa sejuk. Saat saya melewati jalan Kali Berok, tampak menyisakan basah. Hujan baru saja mengguyur kota Semarang. Di saat tidak hujan, meski malam udara kawasan Semarang bawah terasa gerah. Maklum, kota ini berada di pesisir Pantai Utara, Pergota (Bergota) yang sudah ada sejak abad 6 Masehi.

Setelah mobil parkir di dekat Pasar Klitikan, tempat berburu barang antik, saya dan keluarga adik saya berjalan menuju ke Taman Sri Gunting. Taman ini berada di tengah-tengah antara Gedung Blenduk, Gedung Marba, Gedung Jiwasraya, dan Gedung Kerta Niaga.

Gereja Blenduk di malam hari (Dokpri)

Sudut Resto (dokpri)

Malam itu (5/1), jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan. Susana malam itu tidak sepi. Tetiba di taman Sri Gunting, banyak pengunjung nongkrong dan berfoto ria di sekitar taman. Yang lain, terlihat jalan-jalan di sekitar Gereja Blenduk, gereja berasitektur kubah bergaya Kolonial, mulai dibangun Belanda tahun 1753.  

Tak hanya banyak pengunjung, mata saya terpesona oleh payung-payung aneka warna yang bergelantungan rapih segaris dengan jalan setapak di taman itu. Pemasangan payung-payung itu mempercantik taman yang aslinya sudah rindang dan alami.

Sepeda Cantik (Dokpri)

Landamrk Kota Lama (Dokpri)

Anda ingin berswafoto naik sepeda antik nan unik? Di tengah taman disediakan sepeda-sepeda hias bunga untuk mereka yang ingin swafoto. Bagi yang berfoto, jangan lupa mengisi kotak derma secara sukarela. Ada aneka macam sepeda dengan warna yang berbeda. Sepeda pink, ungu, sepeda beroda tiga, becak ala jepang dan becak kayuh, tinggal pilih.

Setelah menikmati keramahan malam di Taman Sri Gunting, lalu kaki melangkah untuk jalan-jalan mengitari Gereja Blenduk yang berkubah. Sepanjang perjalanan, saya melihat pengunjung berfoto ria. "Little Netherland" dengan arsitektur Eropa yang eksotik dan menyimpan segudang cerita tentang jaman kolonial Belanda. Sungguh, malam itu saya merasakan aura landmark Kota lama Semarang yang toleran antara penjajah dan peninggalan sejarah dan budaya yang bernilai tinggi.

Serba Retro di sini (dokpri)

Menyusuri Kota Lama, suguhan angker dan kumuh kini jauh ditinggal. Pemkot Semarang merubah kesan lama itu menjadi landmark yang indah. Yang saya lihat kini sudah ada 10 restoran sekaligus sebagai kafe dibuka untuk menfungsikan kembali gedung-gedung lama yang kosong. Sayang, 3D Trick Art Museum yang dilengkap Omah Kwalik Resto, malam itu sudah tutup.

Barang kuno dan antik (Dokpri)

Sepeda antik (Dokpri)

"Nuansa barang antik dan lawas, banyak dijadikan ornamen di Cafe Retro ini ya. Rasanya seperti kembali ke zaman dulu. Sambil menyeruput kopi, pikiran melayang ke jaman tempo dulu" ucap saya ke adik saya, saat istirahat sejenak di Cafe Retro.

"Pingin photobooth? Silahkan tersedia banyak spot foto di sini" timpal pelayan cafe menawarkan kepada kami setelah menulis pesanan minuman dan makanan kami.

Sebelum kembali mobil, Pasar Klitikan yang berada di samping Cafe Retro, sempat saya sambangi. Lapak-lapak yang menempel dinding gedung tua, menjajakan dan menyajikan barang-barang antik seperti jam kuno, tembikar, peralatan rumah tangga, radio, topi bahkan sepeda motor. Saya melihat juga, koleksi prangko lawas, mesin ketik dan banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline