Lihat ke Halaman Asli

Nur Lodzi Hady

Warga negara biasa

Pantun-pantunan Musim Kemarau

Diperbarui: 28 Oktober 2015   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pantun asap"][/caption]

: pantun asap tanpa sampiran

Kemarauku rebah di jalan
Rindu retak sekujuran
Mimpi tak dapat kutanam
Terjaga dan kehausan

Kemarauku lunglai di parit dalam
Airnya moksa ke angan angan
Lihat itu dia berdiri bersempoyongan
Menatap rimba kemerahan

Kemarauku meludah api
Tanah sawah gosong tak bertepi
Benih pagi mati di batang janji
Di lahan mimpi malam bu tani

Kamarauku memuaikan cakrawala
Menjadi ayat suci mahaproyek rekadaya
Berjuta halaman statistik ruparupa
Berjatuhan dari sela ozon ke rumah kita

Kemarauku menjentik air di samudra
Lalu meludah lagi ke dalam rimba
Asap tebal ngumpetin buku hukum di sidang para nata
Kebun kebun sawit kok jadi berlipatganda luasannya

Ini pantun-pantunan musim kemarau
: pantun gerah tanpa sampiran
Oleh asap rakyatnya kacau
Pamong hukumnya malah jumpritan

Ini lagu dua perempat
Pelan-pelan saja nyanyinya
Meski HGU belum didapat
Membakar hutan boleh boleh saja

Dari sawit jadi CPO lalu dijual keluar negeri
Bosnya jadi kaya dengan uang tanpa nomor seri
Karena asap rakyat bangsa sesak nafas hampir mati
Politisi dan pemerintahnya malah sibuk saling jegal dan basabasi

Koran pagi terbit isinya asap kian gulita
Tembok sekolah dan rumah sakit makin tak tampak bentuknya
Jika ulah korporat sawit bikin korban saudara kita
Mbok ya jangan dibeli hasil produknya

Jakarta, 24 Oktober 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline