Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Film "Lampor", Mitos Keranda Terbang di Temanggung yang "Fix Nyeremin!"

Diperbarui: 3 November 2019   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | http://movieden.net

Mendengar kata keranda saja sudah mengerikan, apalagi bisa terbang dan mencabut nyawa seseorang?

Meski penakut, faktanya saya justru memiliki ketertarikan pada konten yang bau-bau horor. Terutama konten-konten video yang ada di youtube seperti dari channel Kisah Tanah Jawa, Jurnalrisa, Diary Misteri Sara, sampai Joe Kal.

Namun, ketertarikan horor yang saya alami ini tidak terlalu terjadi pada film yang diputar bioskop. Seingat saya, film "Keluarga Tak Kasat Mata" jadi film horor terakhir yang saya tonton. Setelah itu, saya seperti kehilangan selera menyicip film horror lagi. Entah apa yang merasukikuuu~

Hingga kemudian saya kembali tergugah oleh sebuah film yang baru-baru ini sedang diputar. Film horor yang mampu membuat saya penasaran lalu mengantar saya ke bioskop lagi. Film berjudul Lampor: Keranda Terbang.

Diangkat dari Mitos yang Beredar di Masyarakat Temanggung  

Ya, alasan paling kuat yang membuat saya kembali datang ke bioskop untuk menonton film horor Lampor adalah karena film tersebut diangkat dari urban legend yang beredar di masyarakat Temanggung. Sebuah kota yang begitu dekat bagi saya. Kota dimana saya tinggal. Poin plus!

Jujur, awalnya saya pun sempat terkejut mendengarkan bahwa ternyata film ini terinspirasi dari kisah yang pernah terjadi pada masyarakat Temanggung. Pasalnya, sebelumnya saya tidak pernah mendapat informasi ini. Apalagi pernah ditakut-takuti. Mungkin karena saya yang pendatang, bukan warga asli.

Ah iya, ada yang kemudian membuat saya tahu alasannya mengapa film ini bisa bercerita tentang Temanggung. Barangkali ini juga berkat sutradaranya, yang diketahui merupakan putra daerah Temanggung, Guntur Soehardjanto.

Sepanjang Pemutaran, Sepanjang itu pula Jantung Berdebar

Berdurasi 1 jam 35 menit, film ini berhasil membuat saya stres sepanjang pemutarannya. Adegan-adegan yang  dipadukan dengan suara-suara yang nyeremin sekaligus membuat kaget, jadi penyebab utama. 

Mungkin karena saya yang kagetan kali, ya. Namun, saya tidak sendirian, teman menonton saya waktu itu pun sama nasibnya, membuat entah beberapa kali tangan ini refleks menutup mata dengan bantuan hijab yang kami kenakan. Huehehee, bahkan diadegan siang hari, lho.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline