Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Tidak Harus Pergi Jauh, Masjid Favorit Ada di Dekat Rumah

Diperbarui: 20 Mei 2018   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | https://www.pexels.com

Tidak perlu jauh apalagi cari mewahnya, masjid favorit bisa kamu temukan di dekat rumahmu sendiri.

Bicara soal masjid favorit, ada satu masjid yang langsung muncul dipikiran saya. Masjid yang memang tidak perlu jauh-jauh saya jangkau sebab ada tak jauh dari rumah saya sendiri. Masjid At-Taqwa, begitu kami sering menyebutnya.

Saya  tidak tahu kapan pastinya masjid ini mulai dibangun. Tetapi saya ingat, sewaktu saya masih kecil masjid ini sudah ada. Masjid yang sudah banyak mengalami perubahan jika dibandingkan sekarang. Masjid yang dulu bercat hijau dan hanya berlantai satu, sekarang sudah berubah menjadi kuning-cokelat berlantai dua.

Alhamdulilah, jauh lebih megah!

Masjid At-Taqwa sekarang | google.com

Masjid ini pernah jadi saksi

Bagi saya, masjid ini punya kenangan tersendiri yang tidak bisa saya lupakan begitu saja. Atau bukan hanya bagi saya, pun juga kakak juga adik saya yang juga merasakan apa yang pernah didapat dari masjid ini. Masjid yang berhasil jadi kenangan masal  orang yang ada di sekitarnya.

Ya, masjid At-Taqwa adalah saksi dimana saya (kakak dan juga adik) belajar mengaji. Dari iqra yang masih terbata-bata sampai bisa tamat dan melanjutkan ke tahap Al-Quran. Waktu itu setiap selasa dan kamis (kalau ingatan saya tak salah mengingat), biasanya kami belajar bersama ustadz-ustadzah yang masih tetangga kami juga.

Yang tidak mudah dilupakan dari masjid ini juga ada yang sedikit mengerikan. Mengerikan bagi saya saja sih.

Kejadian itu terjadi disaat pengajian belum dimulai, ketika saya memilih bermain jungkat-jungkit yang ada di halaman depan masjid. Seperti tidak akan terjadi apa-apa, saya dan beberapa teman begitu bahagia sembari melepas teriakan-teriakan.

Tetapi...ups! Teriakan bahagia berganti jadi mengerikan.

Tiba-tiba saja ada teman saya yang turun dari jungkat-jungkit tanpa bilang terlebih dahulu. Dan, benar-benar malangnya nasib saya! Saya yang masih kecil kala itu dengan mudahnya langsung terpelanting dan...ah iya! menyisakan luka bocor di kepala. Nangis, jelas. Sejujurnya, bukan karena sakitnya tetapi karena darah yang mengalir dengan derasnya. Hehe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline