Menyingkap Jejak yang Hilang
Dengan peta lama sebagai panduan, Raka, Sita, dan Dani mempersiapkan perjalanan mereka. Mereka membawa kompas sederhana, beberapa bekal, dan tentu saja jurnal Raka---tempat setiap petunjuk dan jejak akan dicatat.
Namun perjalanan tidak semudah yang mereka bayangkan. Hujan turun tiba-tiba, membuat jalan tanah berubah menjadi lumpur licin. Mereka berlindung di bawah pohon besar, menunggu hingga hujan mereda.
Saat mereka kembali ke jalur yang ditandai, Raka menyadari sesuatu---**bagian dari jejak yang mereka ikuti telah hilang**. Tanah telah tergeser karena air, meninggalkan jalur yang tampak berbeda.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" Dani terlihat cemas.
Raka menggigit bibirnya, berpikir cepat. "Kita gunakan teknik bayangan. Matahari masih ada. Kita lihat apakah ada petunjuk di antara pepohonan."
Ia memperhatikan bagaimana sinar matahari memantul di daun-daun, membentuk pola yang tidak biasa. Di salah satu sudut hutan, bayangan pepohonan tampak mirip dengan tanda di peta lama.
"Kita ke sana," katanya mantap.
Dengan hati-hati, mereka melangkah ke arah bayangan, mengikuti jalur yang tak terlihat oleh mata biasa---hanya bisa dipecahkan oleh mereka yang memahami jejak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI