Lihat ke Halaman Asli

Lilia Gandjar

TERVERIFIKASI

Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Pendidikan Seks, Pengaman Anak Menangkal Maraknya Kasus Pelecehan Seksual

Diperbarui: 19 Desember 2021   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.freepik.com

Seks bukan hal yang tabu untuk anak-anak. Justru, semakin cepat anak-anak mendapatkan pendidikan seks, mereka akan mengerti jika topik seputar seks merupakan bagian dari hidup sehat.

Dengan pengetahuan tentang seks, anak dapat membentengi dirinya menjadi pelaku seks dini, bahkan dapat mengantisipasi pelecehan seksual terhadap dirinya.

Pendidikan Seks

Di tahun 2021, Indonesia terus menerus digemparkan oleh berita pemerkosaan. Mulai dari kasus pemerkosaan di Bekasi, Aceh, hingga pemerkosaan 12 santri di Bandung.

Kasus-kasus pelecehan seksual pada anak menjadi indikator jika korban tidak memiliki pemahaman seks yang cukup. Maka, salah satu tugas orang tua adalah memastikan agar anak memiliki wawasan seks yang komplit.

Untuk membicarakan tentang seks, mungkin ada rasa sungkan dan risih pada orang tua. Tetapi, hal terpenting dalam pendidikan seks, yaitu menanamkan kebiasaan berani bertanya dan mau terbuka membicarakan tentang seks.

Ketika anak mengandalkan orang tua sebagai sumber informasi yang mereka percayai. Maka orang tua dapat memberikan edukasi seks yang berkesinambungan hingga anak dewasa. Sebab pendidikan seks bukan topik yang dapat diajarkan satu kali, lalu dianggap selesai.

Topik-Topik Pendidikan Seks

Anak di bawah 2 tahun

  • mempelajari tentang nama alat-alat seksual,
  • memahami jika alat-alat seksual adalah bagian yang pribadi, dan tidak boleh dilihat oleh semua orang,
  • menghargai privasi alat kelamin orang lain.

Anak 2 – 4 tahun

  • mengeksplorasi tentang perbedaan gender,
  • mempelajari fungsi dari alat-alat kelamin, dan bagaimana menjaga kesehatan organ-organ seksual tersebut.

Anak 5 – 8 tahun

  • mendalami tentang apa dan bagaimana hubungan seksual, serta hanya orang dewasa yang boleh melakukannya,
  • melihat adegan seks di internet bukan untuk anak-anak,
  • mempelajari proses pembentukan bayi hingga kelahirannya,
  • menganalisa dirinya sendiri jika ada bagian-bagian tubuhnya yang terasa menyenangkan bila disentuh,
  • menyadari bahwa mencium, memeluk, serta menyentuh antar sesama jenis adalah cara menunjukkan kepedulian dan sayang, sedangkan dengan lawan jenis, anak tidak boleh melakukan ketiga aktivitas tersebut,
  • berhati-hati dengan penyimpangan seksual, seperti homoseksual, heteroseksual, dan biseksual,
  • memahami cara melindungi diri dari pelecehan seksual.

Anak di atas 9 tahun

  • anak perempuan mengkaji tentang menstruasi dan anak laki-laki menggali tentang ejakulasi dan mimpi basah,
  • menyadari jika anak perempuan yang telah menstruasi dan anak laki-laki yang telah memproduksi semen berada dalam keadaan subur, dan mereka dapat membuat bayi jika melakukan hubungan seks,
  • masturbasi atau onani merupakan kegiatan seks yang menyenangkan untuk diri mereka sendiri, namun dapat menimbulkan adiksi, juga birahi seks yang berlebihan,
  • mengerti bahwa usia mereka berada dalam rentang puber, sehingga mereka dapat merasa suka dengan lawan jenis, bahkan memiliki nafsu untuk menyentuh, memeluk serta mencium lawan jenis yang mereka sukai,
  • mempelajari tentang bagaimana memilih lawan jenis yang terbaik, cara pacaran yang sopan, membangun komunikasi yang baik sehingga hubungan menjadi sehat, dan belajar menjadi pribadi yang tegas,
  • mempergunakan gawai untuk tujuan yang baik dan bermanfaat, bukannya untuk pornografi,
  • memahami bahwa aktivitas seks hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa yang telah menikah serta siap memiliki anak.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline