Lihat ke Halaman Asli

Lia Lathifa

Being Healthy and Happy

Sikap Bijak Gizi dengan Mindfull Parenting

Diperbarui: 20 Oktober 2021   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Semua orangtua ingin anaknya sukses di masa depan dengan tubuh sehat dan pikiran cerdas, sama sepertiku. Namun sayang, masih banyak orangtua rendah literasi gizi dan kesehatan. Beneran sayang! Masih banyak mamah muda yang galau tidak siap hamil dan tak tau bagaimana cara merawat bayi sejak awal.

Kasus yang sering terdengar masih banyak yang membuang kolostrum yang berwarna kekuningan yang dianggap 'ASI basi'. Atau masih banyak ibu atau nenek yang memberikan kental manis sachet untuk pengganti ASI dan susu.

Aduh, sedih banget deh, padahal KENTAL MANIS BUKAN SUSU. Itu hanyalah topping "penyedap" makanan selingan. Fakta ini disampaikan oleh Arif Hidayat SE., MM, Ketua Harian YAICI pada Webinar bersama @sahabatYAICI hari Selasa kemarin. Ada sekitar 26.1% anak usia 3 - 4 tahun diberikan kental manis, sehingga banyak anak yang gizi buruk, menyebabkan anak-anak gagal tumbuh (stunting), kurus layu, overweight, diabetes tingkat 1, anemia.

Akibatnya apa?

Menurut Dr. Ali Alhadar, SpA(K) Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, stunting bukan saja ditandai dengan tumbuh pendek, namun perkembangan emosional dan daya pikirnya pun tertinggal. Stunting itu bukan cebol, bukan keturunan. Belum tentu ayahnya pendek, anaknya pendek. Jika asupan gizinya baik, anak akan tetap bertubuh tinggi meski orangtuanya pendek.

Akibat buruk lainnya, jika anak overweight, ke depannya akan lebih mudah terkena penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, hipertensi, kepercayaan diri rendah, dampak buruknya lebih banyak akibat kondisi ini. Kamu tahu kan berapa biaya berobat kalau sudah kena penyakit diabetes atau jantung?

Indonesia masih membutuhkan generasi yang berkompeten dan sehat, sehingga anggaran kesehatan dapat diminimalisir, mencegah pengangguran, dan ekonomi pun membaik. Lalu apa jadinya kalau generasi muda sudah banyak yang sakit?

Lalu, bagaimana jika Kental Manis ini tetap disukai para anak dan ibu-ibu dan peredarannya pun masih banyak di warung, minimarket, bahkan di beberapa tempat jajan? Menyikapi hal ini, kita semua tetap harus bijak. Ayo, bangunkan kesadaran gizi keluarga melalui "Mindfull Parenting."

Asuhan Nutrisi Anak Sejak 1000 Hari Pertama

Dokter Ali mengharapkan bahwa penggunaan kental manis ini tidak diberikan lagi pada ibu hamil dan anak balita. Sebaiknya ada kerjasama antara tenaga kesehatan, posyandu, dan masyarakat untuk menyadarkan bahwa kental manis bukanlah susu.

Semua ibu maupun calon ibu, ayo mulai banyak belajar agar mengetahui dan memantau perkembangan dan kesehatan anak sejak 1000 hari pertama yang terhitung sejak kehamilan hingga usia balita, bukan sejak bayi lahir. Di waktu inilah perkembangan sel-sel otak sangat berkembang pesat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline