Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Masyarakat Sipil Indonesia, Renta Sebelum Tua

Diperbarui: 21 September 2019   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI : MASYARAKAT KORBAN POLITIK IDENTITAS DI KALA AHOK DIPENJARA KARENA PENISTAAN AGAM (FOTO : TEMPO)

Mengingat 1998 dan Evolusi Masyarakat Sipil 

Setelah lama 'cuti' tidak mengintip FB, pagi tadi saya membaca postingan (Pak) Philip J Vermonte, Direktur Eksekutif CSIS.

Ia menulis soal pertemuannya kembali dengan Pak Sugeng Hariadi, seseorang yang dulu Philip kenal sebagai kepala seksi di Bank Dagang Negara (sekarang Bank Mandiri). 

Ini terjadi pada 1998, ketika Philip adalah staf yunior di perusahaan agen periklanan, sebelum akhirnya ia menempuh S2 nya di Australia. Dan, Philip menyebut semalam bertemu pak Sugeng yang saat ini adalah Direktur di anak perusahaan Bank Mandiri. 

Saya nimbrung memberi komentar di FB "Kalau ahli politik bicara soal tahun 1998, meski sebagai latar belakang soal pertemuan kembali dengan teman kerja lama, kita perlu waspada"

Philip menjawab komen saya "That was the year saya ketemu mbak, diajak sama bos saya, terus saya dapat nasihat "Break a leg' lho mbak. You might not remember".  🤣

Pada tahun 1998 saya masih menjadi dosen Trisakti dan juga konsultan untuk suatu proyek. Saat itu saya berperan jadi ketua tim suatu proyek untuk pemasaran pemanfaatan IT bagi UKM untuk kementrian perindustrian, dengan dana hibah. 

Sebagai tim, kami menggandeng perusahaan agen periklanan dimana Philip bekerja, dan juga Nukman Lutfi (almarhum), yang saat itu adalah Direktur Agrakom yang seatap dengan Detik.com, dan mas Harry Dharsono, perancang mode yang punya pengalaman lama mendukung UKM.

Di hari presentasi tender proyek di awal bulan Mei, Jakarta sedang sangat genting. Mas Harry yang mobilnya Mercy dan pak Nukman yang 'Kijang kapsul' baru, tentu tidak berani mengambil reisiko pergi ke lokasi presentasi yang berada di Jalan Gatot Subroto. 

Alhasil, mereka rela saya supiri dengan mobil perang Feroza 1994 saya. 

Presentasi lancar, walau kami ketar ketir sepanjang perjalanan. Kami memenangkan tender. Philip menulis email berpamitan tak bisa dukung implementasi proyek, karena ia mendapat beasiswa S2 ke Australia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline