Lihat ke Halaman Asli

Di Bola Mata Itu Ada Aliran Sungai Menghanyutkan

Diperbarui: 20 Oktober 2018   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gbr pixabay.com

Hampir setiap pagi kuamati langkah kakinya menapak jalan berumput selutut. Perempuan paruh baya yang jarang bersuara. Seakan dunia ini tak lama lagi tutup riwayat. Tak butuh perduli orang lain. Buat apa cumbu kalau jadi candu.

-Mau ke mana...

Jawabnya hanya berpaling kilas. Tak senyum tak berbasa-basi. Langkah tak terhentikan tegur siapa. Jalannya lurus ada saat menikung. Rambut biarkan lepas dibelai angin gunung mendayu.

***

Dia adalah gadis tak bernama. Ingin kusebut saja namanya Widuri seperti Bob bersenandung gadis yang terbungkus kebisuan hidup. 

-Apakah perempuan ini patah hati hilang asa...

Aku tak bertanya pada siapa. Hanya pada mentari senja yang meredup dijemput malam.

Saban senja dia pulang tak perlu berpaling kiri kanan. Tertunduk bagai putri malu tersentuh bayu. Selalu dan selalu kupandang dari jendela.

Dosakah hamba mimpi menggandeng tangannya di malam bergerimis? 

Aku memang telah bermimpi tentang sebuah taman nirwana tak bernama. 

Dia ada di sana. Masih seperti yang kukenal semula. Tak perlu suara dan basa-basi. Diam itu miliknya yang paling berharga dan dijaga jangan terusik maling usil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline