Lihat ke Halaman Asli

Kepentingan Di atas Kepentingan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hmm... Setiap keluar jalanan pasti ada razia dadakan dari polisi. Lampu depan motor harus menyala sepanjang mesin menyala. Akhirnya, karena menyalakan lampu kecil saja di stop dan akan dibawa sidang. STNK dan SIM teman saya ditahan. Kesalnya saya karena saya dalam perjalanan mencari makan. "Mau damai apa sidang?" kata pak Polisi. Saya kecewa dan ingin marah sampai-sampai berniat membantu Polisi mencarikan motor-motor yang tidak menyalakan lampu, fiuh! Negosiasi pun terjadi, teman saya tidak punya uang, tidak mau ngasih uang dan tidak mau disidang. Tetapi pak Polisi mendesak untuk di sidang saja. "Masa razia tiap hari sih pak?" tanyaku. Polisi itu hanya tersenyum sinis. Haiyah benar-benar menjengkelkan! Lalu kami mengeluarkan dompet dan didompet saya hanya ada uang Rp 14.000,- (tapi didalamnya sih ada hehe, sedikit boong :p) dan parahnya uang itu diambil sama pak Polisi. Ya ampyun! Gak ada kasihan-kasihannya tuh polisi, kalo saya beneran gak punya uang gimana?? Dengan bangganya pak Polisi itu menunjukkan undang-undang.

Logikanya, kalau saja suasana mendung dan berkabut menyalakan lampu itu perlu tapi kalo siang terang benderang kok masih saja dibikinin undang-undang. Apa kalau batere motor habis pak Polisi mau ganti. Apa ini kesepakatan para pengusaha batere motor dengan pemerintah? disogok berapa tuh? Kenapa peraturan untuk rakyat kecil yang remeh temeh justru dinomor satukan dan tidak boleh dilanggar? Intinya masyarakat terlalu ditekan dengan kebijakan-kebijakan yang seenake dhewek dan mengatasnamakan kepentingan umum. Dari hal kecil saja sudah jelas ketidak adilannya bagaimana dengan yang besar-besarnya? Memang sungguh kejam hukum itu, bukan menyelesaikan masalah tapi justru menambah-nambah sesuatu yang belum ada menjadi ada. Kita seperti hidup dalam kepemimpinan yang tutup mata. Perubahan-perubahan yang nol tetapi ingin selalu menekan. Preman zaman sekarang bukan hanya ada di pasar tetapi sudah merajalela di mana-mana. Mengatasnamakan segala yang lagi booming di masyarakat, kemurnian tindakan seolah hanya dongeng layar tancep.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline