Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sastra

Koki Nasi Goreng

Dibuangnya Todirimba ke Aljazair (Episode 3))

Diperbarui: 23 Juli 2017   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Todirimba menatap lautan luas yang gelap. Dinginnya malam, serta cahaya bulan yang remang-remang menamba kesepian yang dia alami. Sejak sepeninggal komandan Puanglate' waktunya banyak dia habiskan ditengah laut. Berlama-lama didaratan hanya akan menamba rasa pilunya saja. Hanya akan membuatnya teringat sosok Janna Embong Bulan. Tak henti-hentinya dia menatap lautan lepas. Dari sorot matanya yang tajam ada sesuatu yang ingin dia utarakan.

"Apa kabar negeriku Indonesia yang jauh diseberan sana? Sudahkah Bung Karno dan rekannya memerdekakanmu? Apa kabar tanah mandarku, tanah kerajaan pitu ulunna salu dan pitu ba'bana binanga? Apa kabar pakkacapi? masihkah engkau setia mengiringi passayang-sayang? Apa kabar kalindaqdaq? akankah engkau selalu menghibur para totamma'? Apa kabar puanglate? sudahkah kau merasakan Surga Ilahi dialam sana? Dan Apa kabar Janna Embong Bulan? Adakah kebahagiaan yang kau rasakan atas penghianatanmu ini? Aku jauh-jauh meninggalkan tanah mandarku tanah celebes, tanah nusantara lantaran kau. 

Susah rasanya aku bernafas lagi setelah kau rapuhkan sumpah sucimu itu. Tak ada lagi kebahagian hidup yang kurasa, karena kebiadabanmu. Baiknya aku dari dulu tak menaruh rasa percaya yang berlebih padamu Janna Embong bulan. Wajahmu memang elok dipandang, tapi tidak semalaqbi kero-keromu. Disini di belahan bumi lain, jauh dari tanah Mandarku, berharap Tuhan akan mendatangkan karma buatmu Janna Embong bulan..." begitulah kata-kata yang selalu terbersit dalam benaknya, namun lisannya kaku untuk mengucapkannya.

Disaat yang bersamaan, tatkala Todirimba sudah sampai dijarak 30 mil dari daratan Madagaskar, pergi berlayar tanpa tujuan mengubur rasa sepinya. Dari kejauhan terlihat sebuah kapal perang tentara Prancis menghampiri Todirimba. Awalnya Todirimba enggang berspekulasi yang macam-macam. Bisa jadi tentara itu hanya lewat saja. Namun dugaannya salah, sebab terdengar suara tembakan menggelegar diangkasa. Itu adalah ancaman untuknya, bisa jadi Todirimba ditembak jika terus melajukan perahunya. Dua orang tentara Prancis mengamankan Todirimba, membawanya naik keatas kapal. Meninggalkan Lopi Sandeq sepeninggalan Puanglate' terkatung-katung ditengah lautan tanpa awak.

Mereka membawa Todirimba kembali kedaratan Madagaskar.Dihadapkan pada pimpinan tentara Prancis. Dia dituduh melakukan provokasi terhadap rakyat untuk melancarkan revolusi. Sebab dua hari yang lalu Todirimba melakukan pertemuan tertutup dengan beberapa rakyat malagasy dan suku Banjar. Pertemuan itu tak luput dari mata-mata salah seorang tentara Prancis. Hal itulah yang dijadikan alibi untuk menangkapnya. Padahal kala itu pertemuan mereka hanya membahas seputar rencananya untuk melaut. Disana Todirimba diintrogasi, dipaksa mengakui kesalahannya. Namun dia tetap bergeming. Berkali-kali pukulan mendarat kewajahnya dari tangan-tangan gempal algojo tentara Prancis, hingga wajahnya menjadi lebam.

Todirimba menjadi ancaman serius bagi tentara Prancis. Mereka sangat menghawatirkan jika Todirimba dan rakyat malagasy nantinya bangkit dan melakukan gerakan separatis. Untuk menghindari itu, Todirimba akan dibuang ke bagian utara benua Afrika tepatnya di negara Aljazair. Salah satu wilayah jajahan Prancis. Ditempat itu Todirimba akan dijadikan sebagai pekerja kasar oleh kebiadaban kaum-kaum imperialisme dan kolonialisme.

Adakah ditanah Al-Jazair nanti Todirimba akan bisa melupakan Jannah Embong Bulan? Itu akan sulit. Mengingat sampai kapan pun Janna Embong Bulan akan selalu mengisi relung hatinya. Walau tersimpan rasa benci yang mendalam.

Bersambung....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline