Lihat ke Halaman Asli

Einstein: Saya Tidak Percaya Personal God

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu ungkapan Einstein yang paling sering muncul adalah “Sains tanpa agama itu lumpuh, agama tanpa sains itu buta.”

Akan tetapi, banyak ucapan Einstein yang sengaja dipenggal-penggal dan dijadikan dalih oleh kalangan ilmuan agama dan kreasionis yang menjadikannya sebagai landasan argumen pembenaran. Seperti misalnya dialog antara professor dan mahasiswanya mengenai "gelap itu tidak ada."

Untuk memahami penggalan perkataan Einstein di paragraf awal, mari kita menyelami lagi perkataan Einstein lainnya tentang Personal God,

“Itu tentu saja sebuah kebohongan, apa yang Anda baca tentang keyakinan agama saya, sebuah kebohongan yang diulang-ulang secara sistematis. Saya tidak percaya kepada Tuhan yang berkepribadian (Personal God) dan saya tidak pernah menyangkal ini, tetapi saya telah mengungkapkannya secara jelas. Jika ada sesuatu dalam diri saya yang dapat di katakan religius maka itu adalah rasa takjub yang tak terbatas akan struktur dunia sejauh yang dapat di ungkapkan ilmu pengetahuan kita.”  - Albert Einstein, letter to an atheist (1954), Albert Einstein, The Human Side, 1954, disunting oleh Helen Dukas dan Banesh Hoffman, Princeton University Press.

‘Agama’ yang dimaksud Einstein sangat berbeda dengan agama pada umumnya dan juga merupakan sebuah kata metafora, sebagaimana yang ia maksud ialah "Pantheisme" bukan Theisme yang memercayai Tuhan personal.

Mari kita ingatkan diri kita tentang istilah. Seorang theist percaya kepada kecerdasan gaib yang mana selain pekerjaan utamanya menciptakan alam semesta, juga tetap hadir untuk mengawasi dan mempengaruhi nasib/takdir berikutnya dari ciptaannya tersebut. Dalam banyak sistem kepercayaan dan agama, Tuhan terlibat secara intim dengan urusan manusia. Dia menjawab doa, memaafkan atau menghukum pendosa, ikut campur di dunia dengan menunjukkan keajaiban-keajaiban, rewel akan perbuatan baik dan jahat, dan mengetahui kapan kita akan melakukannya--atau berpikir untuk melakukannya.

Seorang Deist, juga percaya kepada kecerdasan gaib, tapi yang aktifitasnya terbatas pada membangun alam semesta dan hukum yang mengaturnya saja. Tuhan seorang Deist tidak pernah ikut campur setelahnya dan tidak memiliki ketertarikan khusus terhadap urusan manusia.

Adapun Pantheist tidak percaya kepada Tuhan yang gaib sama sekali, tapi menggunakan kata Tuhan sebagai sinonim dari Alam, atau Alam Semesta, atau hukum yang mengaturnya. Namun di lain hal, Deist berbeda dengan Theist; Tuhannya tidak menjawab doa, tidak tertarik kepada dosa dan pertaubatan, tidak membaca pikiran dan tidak ikut campur dengan mukjizat-mukjizatnya. Deist juga berbeda dengan Pantheist bahwa Tuhan Deist adalah semacam kecerdasan kosmik daripada sinonim metafora puitis Pantheist akan hukum alam semesta. Pantheism adalah Ateisme yang dipercantik. Deism adalah Theisme yang diperhalus.

Einstein juga pernah berkata: “Konsep Tuhan yang berkepribadian sangat aneh bagi saya dan bahkan terlihat naif”

“Sains tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa sains buta.” sehabis mengutipnya, mereka berusaha menarik Einstein ke dalam lingkaran agama-agama otoritas yang ada. Lihatlah Einstein itu saintis yang saleh, maka dari itu hidupnya lurus, kira-kira seperti itu.

Kalau Einstein memunculkan kata “Allah” dalam tulisan-tulisannya, kata ini diberi makna metaforis olehnya, bukan makna ontologis. Umumnya memang begitu: Kalau seorang saintis ateis memakai kata Allah, kata ini bermakna metaforis, tak bermakna literal. Kalau Einstein berkata-kata tentang Allah, bagi dia Allah adalah struktur kosmologis yang sangat mempesonanya, yang diatur hukum-hukum kosmologis. Einstein dengan tegas menolak untuk percaya pada suatu Allah personal yang diberitakan tiga agama monoteistik, Yahudi, Kristen dan Islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline