Lihat ke Halaman Asli

Kuncarsono Prasetyo

Sejarah itu asyik :)

Surabaya Pernah Dikelilingi 49,4 Km Rel Trem, Kini Tak Tersisa

Diperbarui: 17 Februari 2020   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trem di bawah viaduct Pahlawan 1925 (Prentenkabinet)

Sistem transportasi publik Surabaya sebenarnya sudah dirancang ideal lebih dari seabad silam. Bayangkan hingga awal abad 19, ketika penduduk kota ini masih kisaran 150.000 jiwa, kota ini sudah diitari rel trem sepanjang 32 kilometer. 

Panjang rel trem terus bertambah hingga 49,4 kilometer pada 1924, hingga tembus Krian, Sidoarjo. Sayang, sekarang tidak ada satupun yang tersisa.

Ini belum termasuk jalur kereta api antarkota yang relnya mengular dari stasiun utama, hingga ke mrnyrntuh ujung beberapa dermaga kapal di Tanjung Perak, menghampiri armada Angkatan Laut.

Rel menjulur ke sana ke mari, langsung menyusuri depan pintu-pintu gudang di sepanjang bantaran Sungai Kalimas, rel juga tembus di loading dock pabrik-pabrik kawasan Industri Ngagel, hingga kilang minyak besar di kawasan Jagir, Wonokromo. 

Jalur rel antarkota dengan trem yang keliling kota ditata terintegrasi. Sejumlah halte trem dibangun di depan pos transportasi publik lain. Halte paling utara jalur trem tepat di dermaga penyeberangan ke Madura dan dermaga antarpulau Tanjung Perak. 

Di depan tiga stasiun kereta api antarkota di Surabaya selalu dilengkapi halte trem. yaitu Stasiun Pasar Turi, Stasiun Gubeng, dan Stasiun Surabaya Kota.  

Sejarah Trem di Surabaya 
Trem di Surabaya mulai ada pada paruh kedua abad ke-19. Berbekal izin pada 1886, dibentuk perusahaan khusus pengelola trem Jawa Timur bernama Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS) pada 7 Juni 1888.

Sejak saat itu blue print sistem transportasi publik dalam kota mulai dirancang, pembangunan dilakukan multi years. Bertahap mulai jalur paling utara. 

Platform trem di Stasiun Trem Wonokromo (Dok Pribadi)

Berikut jalur-jalurnya: 

Jalur Ujung (PT PAL) - Fort Prins Hendrik (Stasiun Benteng Armatim) diresmikan 10 Desember 1889.

Setahun berikutnya jalur Fort Prins Hendrik-Stasiun Kota diresmikan, pada 17 Desember 1890. Jalur ke selatan melewati Jl Benteng- Jl KH Mas Masyur (sekarang)- Jl Dukuh- Jl Waspada- Jl Siaga- Jl  Stasiun Kota.  

Pada 15 April 1890 rute Jl Stasiun Surabaya Kota- Tanam Kota (sekarang Gedung BI) ke selatan Jl Pahlawan - Jl Kramat Gantung- Jl Gemblongan- Jl Tunjungan- Jl Simpang- Jl Basuki Rahmad- Jl Keputran- Jl Dinoyo berhenti di Stasiun Grudo (sekarang tidak ada). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline