Lihat ke Halaman Asli

Kukuh C Adi Putra

Praktisi Pendidikan

Manfaat Puasa

Diperbarui: 14 Mei 2019   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

vox.com

Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa sudah memasuki hari ke-9 bulan Ramadhan ini. Cepat karena kita terlalu sibuk menikmatinya dengan bekerja atau malah sebaliknya. Saya pribadi mempunyai pengalaman unik sewaktu bekerja di perusahaan swasta di Jakarta.

Sebulan sebelum Ramadhan, terdapat kebijakan bagi karyawan yang rutin puasa senin - kamis akan mendapat insentif yang besarnya 5 % dari gaji. Nominal yang cukup lumayan bagi kami yang tinggal di perantauan. Dan saat itu juga manfaat dari puasa terasa ampuh sekali melebihi nilai religinya.

Namun, sebagaimana diketahui, niat bahkan iman manusia cenderung fluktuatif, begitu pula insentif di atas. Terdapat teguran halus bahwa esensi dan manfaat puasa tidak bisa diartikan dalam pemahaman sekecil itu. Terkait manfaat puasa, saya diingatkan kembali oleh kolom A.S. Laksana yang menyinggung soal novel karangan Herman Hesse : Siddhartha An Indian Poem. Adegan yang sangat berbekas terkait puasa adalah ketika Siddhartha bertemu dengan pemilik toko. Perkenankan saya meringkasnya untuk anda.

Awalnya Siddhartha adalah putra seorang Brahmana yang religius, populer, dan cerdas. Ironis, menjadi seorang Brahmana tak lantas begitu mudah ia merasakan kebahagiaan dalam dirinya. Akhirnya ia memutuskan hidup bersama  Samana menjadi pertapa di hutan yang menurutnya dekat dengan kebahagiaan yang selama ini dia cari.

Merasa tak kunjung mendapatkan apa yang diinginkan, ia memutuskan mencari jawaban dalam bentuk yang lain. Lambat laun ia meninggalkan hutan tersebut, memasuki hutan lain atau dibaratkan dunia yang lebih luas.

Suatu ketika perjalannya terhenti, terhalang oleh sungai yang terbentang luas. Seorang tukang perahu menawarkan jasanya untuk membantu menyeberang esok harinya. Siddhartha melanjutkan kembali perjalannya. Sampailah ia di kota dan bertemu dengan Kamala seorang wanita penghibur paling tersohor di sana.  

Siddhartha kagum dengan kecantikkan Kamala,rentang beberapa hari ia menemuinya dan berkata, "Izinkan aku berguru padamu."

Kamala mengamatinya. "Bukankah kau yang kemarin berdiri di sana dan menemuiku?" tanya Kamala.

"Ya, aku melihatmu dan menemuimu kemarin."

"Bukankah tempo hari penampilanmu tidak serapi ini?''

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline