Lihat ke Halaman Asli

Citra Perempuan dalam Media

Diperbarui: 9 April 2021   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi saat ini sudah terbilang mengalami perubahaan yang sangat pesat. Cara kita berkenalan atau berinteraksi dengan orang asing pun terbilang mudah untuk saat ini. Banyak orang saat ini menampilkan yang terbaik di media massa untuk mempertahankan bahkan meningkatkan citranya terlebih pada perempuan.

Citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari penilaian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik, namun kenyataannya berbanding terbalik di dalam media massa dimana citra ini digunakan sebagai pujian terhadap orang yang mendapatkan apresiasi saja tetapi tidak untuk orang yang tidak diberi apresiasi. 

Sebagai contoh terdapat wanita cantik di media sosial yang terlihat dari postingannya dan dibanjiri oleh komentar yang memuji, meskipun wanita ini melakukan hal yang terbilang konyol namun akan di maklumi oleh para masyrakat digital yang mengapresiasinya dengan kalimat "untung cantik".

Berbanding jika ada perempuan yang memiliki standar kecantikannya sendiri atau bisa dikatakan perempuan yang mencintai dirinya sendiri, dia memiliki tubuh yang gemuk dan hidung yang kecil, namun dia bersyukur akan hal itu. Ketika perempuan ini meninggalkan postingan di media sosialnya banyak komentar negatif yang ditinggalkan, "udah gendut jangan sok cantik deh". hal ini yang memperihatkan betapa kejamnya jari para masyarakat digital dan menimbulkan bias gender di sosial media.

Media di era modernisasi saat ini memiliki berbagai macam jenis, misalnya media massa yaitu televisi, radio, sosial media seperti Instagram, facebook, twitter dan lain-lain. 

Saat ini media melakukan framing atau membentuk pandangan terhadap perempuan untuk sempurna sesuai dengan konotasi cantik yang sudah diterapkan oleh khalayak banyak sehingga citra perempuan dalam media haruslah sesuai dengan kata "cantik" tersebut karena standarisasi kecantikan adalah hal penting yang perlu diperhatikan ketika berada di dalam media.

Begitu banyak wanita yang ada di sekeliling kita bahkan perempuan yang berada di dekat kita pun sangat memperthatikan kecantikannya ketika berada di media manapun. 

Penulis memilih judul tersebut karena menarik untuk dibahas dan topik pembahasannya pun ramai diperbincangkan serta menimbulkan banyak pertanyaan dan membentuk komunikasi publik atas citra perempuan dalam media yang membuat para wanita "insecure" atau tidak percaya diri ketika berada dalam media saat ini.

Fokus penulis pada pembahasan ini adalah perempuan di dalam media yang dibentuk atau medapatkan framing untuk menjadi karakter yang sempurna dan bersifat komersil, dalam hal ini perempuan pun seakan dituntut untuk menjadi sosok yang dapat mempengaruhi khalayak di media sebagai objek yang dapat dinikmati atau konsumsi publik. 

Dalam hal ini pun mayoritas perempuan di media harus sesuai dengan keinginan khalayak banyak sehingga menimbulkan bias gender. Bias merupakan kondisi yang memihak atau merugikan. 

Sedangkan gender merupakan sifat yang melekat pada perempuan maupun laki-laki yang dikonstruksikan secara sosial maupun budaya jadi bias gender adalah suatu kondisi yang memihak atau merugikan salah satu jenis kelamin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline