Lihat ke Halaman Asli

Kresno Abdillah

sedang di bangku perkuliahan Unisnu Jepara

Komunitas Punk dan Peranan Pendidikan Kewarganegaraan

Diperbarui: 8 Desember 2023   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personil Punk ikut serta dalam Upacara 17 Agustus 2023, sumber gambar (ipol.id)

Komunitas punk merupakan kelompok yang menciptakan identitasnya melalui nilai-nilai seperti otonomi yang kuat, sikap oposisi terhadap struktur otoritas yang ada, serta penekanan pada kebebasan berekspresi. Mereka memandang kebebasan individu untuk berekspresi secara autentik sebagai inti dari identitas mereka, seringkali melalui musik, seni visual, dan gaya hidup yang ekspresif. Namun, perlu dicatat bahwa nilai-nilai ini sering bertentangan dengan apa yang diajarkan dalam pendidikan formal mengenai nilai-nilai kewarganegaraan, punk bagi Sebagian banyak mayoritas di identifikasikan sebagai berandalan, sekumpulan anak nakal, preman jalanan, kaum perusuh, criminal low entry beserta contoh buruk lainnya.

Sementara pendidikan kewarganegaraan mengajarkan tentang partisipasi aktif dalam masyarakat, komunitas punk cenderung menunjukkan oposisi terhadap struktur sosial yang ada. Mereka menentang otoritas yang dianggap membatasi kebebasan individu. Hal ini menciptakan ketegangan antara nilai-nilai yang ditekankan oleh pendidikan kewarganegaraan dalam bentuk partisipasi aktif dan nilai-nilai otonomi serta oposisi yang dipegang teguh oleh komunitas punk.

Sejarah singkat berdirinya komunitas Punk

Komunitas punk memiliki sejarah yang bermula pada akhir 1970-an, di mana gerakan ini tumbuh sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan terhadap norma sosial dan politik yang ada. Karakteristik utamanya meliputi penekanan pada otonomi individu, sikap oposisi terhadap struktur kekuasaan, dan kebebasan berekspresi dalam berbagai bentuk seni dan gaya hidup. Gaya hidup ini jika di kaitkan dengan nilai-nilai Pancasila mulai dari sila pertama sampai sila kelima hampir semuanya tidak mencerminkan nilai yang ada, terkecuali sila kedua, yang mampu mengatakan komunitas ini peduli terhadap masyarakat yang tidak mampu dengan upaya memberikan berupa sumbangan.

Namun, poin-poin ini sering bertentangan dengan konsep-konsep yang diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan. Sebagai contoh, pendidikan kewarganegaraan mendorong partisipasi aktif dalam masyarakat, komunitas punk sering menunjukkan oposisi terhadap norma-norma sosial yang ada, menentang otoritas yang dianggap membatasi kebebasan individu. Hal ini menciptakan ketegangan antara nilai-nilai yang ditekankan oleh pendidikan kewarganegaraan dalam bentuk partisipasi aktif dan nilai-nilai otonomi serta oposisi yang dipegang teguh oleh komunitas punk.

Tantangan dan ketegangan Pendidikan kewarganegaraan dengan komunitas Punk

Tantangan dan ketegangan antara pendidikan kewarganegaraan dengan komunitas punk seringkali muncul karena perbedaan mendasar dalam nilai, pendekatan, dan pandangan tentang kehidupan masyarakat yang dipegang oleh keduanya. Beberapa tantangan yang timbul antara keduanya adalah:

  • Konflik Nilai Fundamental: Komunitas punk sering menolak norma-norma sosial dan otoritas yang dianggap membatasi kebebasan individu, sementara pendidikan kewarganegaraan sering menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam struktur masyarakat yang ada. Ini menciptakan konflik nilai fundamental antara kebebasan berekspresi yang ditekankan oleh komunitas punk dan harapan untuk penyesuaian terhadap aturan dan struktur yang diatur oleh pendidikan kewarganegaraan.
  • Pendekatan Terhadap Struktur Sosial: Pendidikan kewarganegaraan mendorong penyesuaian diri terhadap struktur sosial yang ada untuk mencapai perubahan yang positif. Namun, komunitas punk cenderung menolak struktur-struktur sosial yang mereka anggap tidak adil atau membatasi kebebasan individu, menciptakan tantangan dalam pendekatan terhadap perubahan sosial.
  • Konflik Nilai dan Pemahaman tentang Kewarganegaraan: Pendidikan kewarganegaraan cenderung mengajarkan tentang partisipasi aktif dalam masyarakat yang terstruktur dan menghormati aturan yang ada. Sementara komunitas punk menolak norma-norma sosial dan otoritas yang dianggap membatasi kebebasan individu. Ini menciptakan konflik dalam hal bagaimana kewarganegaraan dipahami dan dijalankan.
  • Pendekatan Terhadap Perubahan Sosial dan Politik: Pendidikan kewarganegaraan mendorong perubahan sosial yang terstruktur dan dalam kerangka hukum yang ada, sementara komunitas punk cenderung mengekspresikan penolakan terhadap struktur-sruktur yang ada secara keseluruhan, bahkan jika itu berarti melalui tindakan yang kontroversial atau non-konvensional.

Ketegangan ini menciptakan ruang bagi refleksi dan diskusi yang lebih dalam tentang bagaimana pendidikan kewarganegaraan dapat memperluas cakupan dan inklusivitasnya terhadap berbagai pandangan, nilai, dan subkultur seperti yang dipegang oleh komunitas punk, sambil tetap mempromosikan nilai-nilai kewarganegaraan yang dianggap penting dalam masyarakat yang terstruktur

Pengaruh Pendidikan kewarganegaraan tehadap aktivisme Punk.

Pendidikan kewarganegaraan memiliki potensi untuk memengaruhi aktivisme dalam komunitas punk, meskipun pengaruhnya mungkin beragam dan tergantung pada sejumlah faktor. Beberapa dampak yang dapat diidentifikasi antara pendidikan kewarganegaraan dan aktivisme punk adalah:

a. Pemahaman tentang Hak dan Kewajiban: Pendidikan kewarganegaraan seringkali mengajarkan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini dapat mempengaruhi pemikiran anggota komunitas punk tentang tanggung jawab dan peran mereka dalam masyarakat, meskipun mereka mungkin menginterpretasikan hak dan kewajiban ini secara berbeda dari apa yang diajarkan dalam konteks formal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline