Lihat ke Halaman Asli

Krisanti_Kazan

TERVERIFIKASI

Learning facilitator

Sinergi Tiga Pilar: Menghadirkan Pendidikan Bermutu untuk Semua

Diperbarui: 23 September 2025   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi PSTC | Sumber: i-s-d.org

"Pendidikan bukan sekadar angka di rapor, tapi perjalanan anak memahami diri, tantangan, dan potensinya."

Setiap akhir bulan, di banyak sekolah, orangtua biasanya hanya menunggu laporan nilai anak mereka. Ada yang cemas, ada yang penasaran, dan tak jarang hanya menanyakan angka di rapor tanpa memahami perjalanan belajar anak secara menyeluruh. Sementara itu, siswa seringkali merasa nilai hanyalah angka, tanpa refleksi terhadap perilaku, karakter, dan potensi mereka yang sesungguhnya.

Pendidikan bermutu di abad 21 menuntut kolaborasi erat antara guru, siswa, dan orangtua. Tantangannya, banyak orangtua hanya mengetahui prestasi akademik anak, tanpa mendapatkan gambaran tentang perkembangan perilaku, karakter, dan tantangan yang dihadapi anak di sekolah. Untuk menjawab hal ini, sekolah kami  (SMA Sugar Group) mengadakan Parent-Student-Teacher Conference (PSTC) bulanan, sebuah ruang dialog tiga arah yang memungkinkan guru, siswa, dan orangtua bertemu, berdiskusi, dan bersama-sama memetakan langkah-langkah untuk mendukung kemajuan anak secara menyeluruh.

Konsep PSTC di Sekolah Sugar Group

Parent-Student-Teacher Conference (PSTC) bukan hanya forum rutin yang biasanya diselenggarakan setiap akhir semester saat pembagian rapor. Di sekolah kami, PSTC juga dilakukan setiap bulan setelah laporan nilai dan catatan perilaku dibagikan kepada siswa.

Peserta PSTC melibatkan guru, konselor, siswa, dan orangtua, sehingga tercipta komunikasi yang lebih lengkap dan menyeluruh. Tujuan utama dari konferensi ini adalah menciptakan ruang dialog tiga arah antara guru, siswa, dan orangtua. Dengan demikian, setiap pihak dapat memahami progres belajar siswa secara komprehensif-tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga perilaku, sikap, dan karakter.

Setiap siswa menerima laporan nilai bulanan beserta catatan konselor terkait perilaku, kedisiplinan, dan sikap belajar. Untuk siswa yang memiliki catatan khusus, orangtua dipanggil ke sekolah. Kehadiran ini kerap menimbulkan rasa “deg-degan” di awal, karena orangtua ingin memastikan perkembangan anaknya berjalan baik.

Laporan bulanan siswa | Sumber: dokpri krisanti

Dalam konferensi, prosesnya berlangsung interaktif: guru menyampaikan pencapaian siswa sekaligus area yang perlu ditingkatkan, konselor memberikan insight mengenai perilaku dan karakter siswa, orangtua diberi kesempatan bertanya dan berdiskusi, dan siswa dilibatkan secara langsung agar mereka merasakan tanggung jawab terhadap proses belajar dan perkembangan diri mereka.

Sebagai contoh, pernah ada seorang siswa yang sering izin mendadak karena sakit perut atau kepala, tanpa penyebab fisik yang jelas. Melalui sesi PSTC, ternyata diketahui bahwa siswa tersebut mengalami gejala psikosomatis akibat rasa takut terhadap pelajaran tertentu. Dalam sesi tersebut, guru, konselor, orangtua, dan siswa bersama-sama menganalisis penyebab kecemasan dan menyusun strategi dukungan yang sesuai, mulai dari pemberian penugasan bertahap, penyesuaian tekanan akademik, hingga tanggung jawab ringan sesuai minat siswa.

Hasilnya signifikan: siswa mulai lebih percaya diri, bahkan menunjukkan inisiatif dalam kegiatan sekolah seperti mengoperasikan sound system, serta mengambil tanggung jawab lain yang sebelumnya tidak ia lakukan. Peningkatan kepercayaan diri ini berdampak positif pada keterlibatan akademik dan capaian belajarnya, membuktikan bahwa PSTC bukan sekadar forum pembahasan nilai, tetapi juga menjadi ruang intervensi holistik yang membantu siswa berkembang secara emosional, sosial, dan akademik.

Dampak dan Manfaat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline