Lihat ke Halaman Asli

Elly Nagasaputra MK CHt

Konselor Pernikahan dan Keluarga

Terjebak dalam Pernikahan Hambar

Diperbarui: 4 Maret 2018   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Andi (37) dan Nadira (35) lima tahun lalu ditanya alasan mereka menikah, tentu dengan yakin keduanya akan menjawab "karena cinta". Tapi, rasa cinta itu kian menipis dua tahun belakangan ini. Setidaknya itu yang diakui Andi, yang sudah enam bulan terakhir lebih memilih lembur di kantor daripada cepat-cepat pulang ke rumah bertemu keluarganya.

Konflik berkepanjangan

photogrid-1516844469532-01-5a6fd88add0fa80e8e0b1a72.jpeg

Ada keraguan besar di hati Andi, apakah ia masih mencintai Nadira? Dan apakah Nadira masih mecintainya? Ia merasa pernikahan mereka semakin hampa. Tak ada cinta dan kemesraan, hanya himpitan masalah dan percekcokan yang tidak pernah usai.

Sebenarnya, bukan mereka tidak ingin memperbaiki pernikahan dan mengembalikan rasa cinta. Mereka pernah mencari suasana baru dengan berlibur berdua dan menitipkan anak mereka, Ghatan (3) kepada orang tua Andi. Liburan selama tiga hari itu memang mampu meredam pertengkaran, tapi sekembalinya dari liburan dan menjalani rutinitas, cekcok mulut kembali terjadi.

Prinsip Andi tidak mau mengontrak rumah dan memilih tinggal di rumah orang tuanya sebelum ia sendiri mampu membeli rumah, bertolak belakang dengan keinginan Nadira untuk hidup mandiri. Ego masing-masing yang besar membuat setiap diskusi menjadi jalan buntu. Hingga tanpa mereka sadari, pernikahan semakin renggang, cinta pun berganti kekesalan yang memuncak.

Jika dirunut satu per satu, ada banyak faktor yang menyebabkan hilangnya cinta dalam pernikahan. Penyebabnya bisa sangat kompleks, berbeda setiap individu dan sangat dipengaruhi pengalamannya. Namun, faktor mendasar yang paling sering dijumpai sebagai penyebab pernikahan terasa hampa adalah konflik yang terjadi secara terus menerus, berulang, dan berkepanjangan.

Tentu, dalam pernikahan yang sehat konflik tetap ada. Tapi yang perlu diperhatikan di sini adalah konflik yang berulang dengan masalah yang tidak terselesaikan. Hal ini mungkin terjadi karena pasangan, baik suami maupun istri, tidak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang ada. Hingga masalah tetap tersimpan dan terus menumpuk lalu menimbulkan rasa sakit hati serta kepahitan.

Tanpa konflik pun suami istri bisa kehilangan rasa cinta. Mungkin karena suami yang sibuk berkarier hingga menomorduakan keluarga dan jarang sekali di rumah. Sekalinya di rumah, ia lebih memilih tidur atau sibuk dengan gadget-nya. Pada akhirnya pasangan yang ingin ngobrol, dan bermesraan merasa tidak dipedulikan. Hingga bisa saja ia mengalihkan rasa frustrasinya pada orang lain.

Apa yang terjadi kemudian bisa membawa bencana dalam hubungan pernikahan, yaitu hilangnya rasa (ilfil), enggan bertatap muka, bahkan menghindari ngobrol bareng karena takut ujung-ujungnya bertengkar. Jika hal tersebut terjadi maka rasa cinta akan berkurang dan akhirnya menjadi hambar. Perlu disadari setiap pasangan bahwa rasa cinta itu harus dipupuk setiap saat.

Temukan akar masalahnya


Apa yang terlihat dari pernikahan yang hampa adalah menipisnya ikatan emosi suami istri, renggangnya hubungan, hilang cinta, rasa malas untuk bertemu, konfrontasi yang tak berujung, hingga saling menghindar satu sama lain. Hal ini berimbas pula pada hubungan seksual suami istri yang menjadi dingin dan berkurang, bahkan bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tidak ada hubungan badan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline