Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Buat yang Jenuh WFH, Dapat Salam dari Freelancer!

Diperbarui: 23 April 2020   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: Pexels.com | ANDREA PIACQUADIO

Artikel ini adalah bagian dari Seri Liputan Khusus Kompasiana yang menyoroti pola kerja lepas di kalangan masyarakat. Kami mewawancarai sejumlah pekerja lepas yang bekerja untuk ragam sektor industri dan para profesional yang ranah kerjanya bertautan dengan gaya hidup ini.

Nyaris sebulan berlalu sejak pemerintah mengeluarkan anjuran untuk beraktivitas dari rumah. Sejak itu sudah begitu banyak upaya adaptasi yang coba kita lakukan setiap harinya. Berbelanja online, beribadah lewat live streaming, keluar rumah dengan proteksi penuh, dan menjaga kesehatan tubuh dengan berbagai cara

Beraktivitas di rumah bahkan diramalkan akan menjadi gaya hidup yang bertahan setelah Covid-19 lewat. Forbes memuat analisis tentang para atasan yang dalam beberapa pekan ini telah menemukan cara terbaik untuk memantau timnya. Sementara itu korporasi mulai menyadari bahwa output maksimal dapat dihasilkan tanpa memerlukan kehadiran.

Kamu merasa mendapatkan angin segar untuk remote working pada masa mendatang? Eits, tunggu dulu.

Meski terasa mengasyikkan, bekerja dari rumah tanpa pemenuhan kebutuhan sosialisasi yang cukup dapat mengganggu kesehatan mental. Pada konteks Indonesia, minggu-minggu pertama masa Work From Home (WFH) diwarnai oleh postingan di media sosial yang isinya mengeluhkan kejenuhan, minimnya akses internet, anak yang rewel, hingga tidak tersedianya meja kerja yang layak.

Pada ranah domestik, WFH berkepanjangan memang dapat membuat seorang ibu/ayah pekerja memiliki waktu yang cukup untuk berkumpul dengan keluarga. Mereka juga lantas lebih mudah berempati pada pekerjaan domestik yang dilakoni oleh anggota keluarga atau asisten rumah tangganya.

Tapi di lain sisi, Yayasan Pulih mengingatkan potensi peningkatan konflik dan KDRT pada keluarga-keluarga yang kesulitan mengelola stres.

Ancaman PHK, tiadanya batasan waktu kerja yang jelas, kondisi rumah yang kurang memadai, dan tuntutan belajar online untuk anak, dapat memicu konflik yang serius. 

Padahal, sekilas masalah-masalah ini terasa sepele. Kondisi ini diperparah dengan keharusan diam di rumah, sehingga tiap anggota keluarga tidak bisa mengambil jarak sejenak demi mengelola emosinya.

Upaya Menjelaskan WFH kepada Mereka yang Belum Paham
Pada 10 tahun yang lalu bahkan sebelum Covid-19 melanda, bekerja dari rumah bukanlah pilihan yang populer. Para pelakunya kerap dianggap aneh dan malah dicap sebagai pengangguran.

Himam Miladi seorang Kompasianer pernah menuliskan dalam sebuah artikel mengenai kesulitan yang ia hadapi saat harus menjelaskan profesinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline