Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Dari Momen Memaafkan hingga Celana Jin Kaesang

Diperbarui: 16 Juni 2019   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Beberapa warga saling bersalaman usai mengikuti Sholat Ied Idul Fitri 1436 H/2015 di Lapangan Merdeka Balikpapan, Jumat (17/7). | (TRIBUNKALTIM.CO/FACHMI RACHMAN)

Ada yang jauh lebih penting dari meminta maaf, yaitu memaafkan. Makna tersebut didapat oleh Kompasianer Ira Latief saat menyimak khutbah Sholat Ied pada Rabu (5/6) di Mesjid Istiqlal yang disampaikan Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, Guru Besar Ilmu Fikih pada UIN Syarif Hidayatullah dan mantan Menteri Agama zaman pemerintahan Gus Dur.

Prof. Said memaparkan tentang mengapa kita perlu banyak menebar maaf dan punya sikap pemaaf.

Sikap pemaaf, lanjutnya, adalah bentuk dari ketakwaan seorang Muslim, seperti teladan yang ditunjukkan oleh Rasullulllah SAW semasa hidupnya.

Lebaran acapkali dijadikan momen yang, tidak hanya tepat, melainkan penting bagi kita semua setelah berjuang selama satu bulan penuh berpuasa dan menjadi pelajaran berharga ke depannya.

Selain banyak diisi oleh konten dan cerita Kompasianer pada Idul Fitri 1440 Hijriah, masih ada artikel terpopuler lainnya di Kompasiana seperti melihat diplomasi di Persikatan Bangsa-bangsa hingga balada celana jin yang dikenakan Kaesang Pangarep ketika melayat ke Singapura.

Berikut adalah 5 artikel di Kompasiana selama sepekan kemarin:

1. Yang Lebih Penting dari Meminta Maaf adalah Memaafkan

Dalam perjalanan hidup ini, tulis Kompasianer Ira Latief, mungkin kita pernah mengalami dikecewakan, dikhianati. Sehingga tidak sedikit orang yang terus memendam rasa kecewa tersebut menjadi sakit hati atau dendam berkepanjangan.

Meski hanya terdiri dari 4 huruf, kata "maaf", memiliki makna yang luar biasa dalam kehidupan.

"Empat huruf inilah yang bisa menghapus dendam, sakit hati, pertengkaran, kekecewaan dan semua hal yang berhubungan dengan hati," tulis Kompasianer Ira Latief.

Tetapi, Orang yang sulit memaafkan, lanjutnya, bisa dipastikan akan sulit menemukan kedamaian hati. (Baca selengkapnya)

2. Tradisi "Ngejot", Indahnya Toleransi di Bali

Ketika di Bali, hampir tidak pernah membahas perbedaan agama dan mempermasalahkan kepercayaan agama lain. Menurut Kompasianer Wistari Gusti Ayu, Semua saling membantu karena adanya konsep menyama braya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline