Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Henna, dari Upaya Memperias Diri hingga Bahayanya

Diperbarui: 13 Juni 2019   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay/lukin_photography

Lazim kita jumpai di beberapa budaya pernikahan di Indonesia seperti di Minangkabau dengan Malam Bainai, Mapacci dari Bugis- Makassar dan Bohgaca dari Aceh. Biasanya mempelai wanita merias punggung tangannya menjelang hari pernikahan. 

Bukan hanya mempelai wanita, tetapi ditorehkan juga pada calon mempelai oleh orang tua, kerabat dekat dan orang-orang terkasih lainnya.

Sedangkan henna sendiri konon merupakan kosmetik herbal tertua di dunia. Henna sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Akan tetapi, pada masa 3500 SM, misalnya, masyarakat Mesir memanfaatkan tanaman henna untuk merawat kesehatan. Dan banyak negara-negara dari Timur Tengah dan Afrika tanaman henna digunakan sebagai obat dan pelembab kulit.

Sedangkan untuk di kawasan Asia, India merupakan paling banyak memanfaatkan henna dalam beragam fungsi. Lewat tanaman ini orang India percaya jika henna yang dioleskan di tubuh berubah menjadi gelap, ibu mertua bakal menyayangi sang menantu perempuan.

Oleh karena itu, kebiasaan mengoleskan dan menghiaskan henna di tubuh hanya dilakukan para perempuan..

Namun, terkait kelas sosial, misalnya, Ratu Cleopatra dalam beberapa catatan, menggunakan henna sebagai pemanis perhiasannya. Sedangkan rakyat biasa justru menggunakan henna dan membentuknya serupa perhiasan emas. Oleh karenanya, tidak heran kalau riasan dari henna berbentuk seperti perhiasan dan sebagai kosmetik.

Henna (inai atau pacar) merupakan tumbuhan semak yang memiliki daun berbentuk almond, kecil, meruncing pada ujungnya dan bewarma putih atau pink yang tumbuh di bagian atas semak.

Menariknya, tumbuhan ini bisa tumbuh dengan cepat. Hanya saja tidak bisa hidup di daerah dengan suhu di bawah 11 derajat celsius.

Beberapa sejarawan, menurut Sri Yuliastuti, mengatakan bahwa awalnya bangsa Mughal yang membawa tumbuhan itu ke India. Pemakaian henna kala itu dipercaya dapat membawa berkah sekaligus mempercantik diri.

Kegiatan seremonial itu kemudian berkembang dan menyebar hingga Nepal, Bangladesh dan Sudan. Menariknya, di negara-negara tersebut, dalam perayaan pernikahan mempelai pria juga ikut dirias dengan henna.

Sedangkan di Indonesia, penggunaan henna sebagai pewarna rambut, kuku dan bahan untuk menggambar tubuh pengantin dimulai ketika para pendatang Hadharim dan India mulai masuk untuk berdagang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline