Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Eco-marathon Bisa Menjadi Ajang Unjuk Gigi Mahasiswa Indonesia

Diperbarui: 19 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parade pembukaan Shell Eco Marathon 2017. Dokumentasi Kompasiana.

Singapura – Gelaran tahunan Shell Eco-marathon dianggap bisa menjadi sebuah batu loncatan yang menjanjikan untuk mahasiswa Indonesia dan bisa dijadikan ajang unjuk gigi untuk membuktikan bahwa Indonesia juga memiliki mahasiswa yang mandiri dan kompeten di mata internasional.

Hal ini dikemukakan Darwin Silalahi, Country Chairman Shell Indonesia saat ditemui di sela-sela gelaran Shell Eco-marathon 2017 di Singapura. Menurutnya, Indonesia memiliki kemungkinan yang sangat besar dalam bidang teknologi masa depan ini. Bahkan potensi ini seharusnya bisa dikembangkan sejak dini.

“Kompetisi inovasi ini berasal dari diri pribadi dan ada kemungkinan ide-ide inovatif yang muncul dari ajang ini bisa dijadikan ide komersil yang kemudian dikembangkan banyak pihak,” ujar Darwin.

Ia menambahkan, mahasiswa harus memperlihatkan daya juangnya dan mampu berdiri sendiri serta tidak bergantung pada swasta ataupun pemerintah.

Darwin Silalahi. Country Chairman Shell Indonesia. Dokumemtasi Kompasiana

Dalam pembukaan acara ini yang dilasanakan pada Jumat, (17/3) Wakil Perdana Menteri Singapura, Teo Chee Hean pun menyatakan hal senada. Ia menginginkan ajang ini menjadi sebuah pembuktian bahwa mahasiswa di seluruh dunia, khususnya Asia bisa menjadi agen-agen perubahan demi lingkungan hidup yang lebih baik.

"Kami beberapa perusahaan dan kantor pemerintahan sudah menggunakan solar cell untuk melakukan aktivitas," katanya dalam sambutannya saat membuka SEM Asia 2017

Kompetisi Shell Eco-marathon ini memang dicanangkan agar demi menghadirkan lingkungan yang seimbang. Sebagaimana kita tahu bahwa jumlah bahan bakar fosil kian merosot, karena itulah dibutuhkan energi alternatif sebagai pengganti atau setidaknya ada sebuah teknologi yang membuat bahan bakar menjadi lebih efisien demi menekan jumlah penggunaan bahan bakar fosil.

Jika kita melihat data, sektor transportasi mengonsumsi sebanyak 28 persen energi di dunia. Angka yang sangat fantastis jika dibandingkan dengan sector lain. Bahan bakar pun menjadi unsur yang paling banyak dicari dan pengembangan bahan bakar berkarbon rendah kemudian menjadi sangat penting dewasa ini.

Badan Energi Dunia (IEA) mencatatkan pada 2040 jumlah kendaraan akan mencapai angka 2 miliar dan permasalahan utama yang terjadi adalah, 90 persen dari kendaraan yang ada di jalanan masih menggunakan bahan bakar cari yang sumber utamanya adalah dari fossil. Inilah kondisi nyata yang memicu sebuah keharusan akan hadirnya bahan bakar alternatif.

Kondisi persiapan uji coba. Dokumentasi Kompaiana

Indonesia pun bisa memberi pengaruh besar dalam pencarian energi alternatif ini.

“Apa yang Indonesia butuhkan adalah mereka yang bangun pagi dan bersemangat juga terus menerus melakukan inovasi. Bukan yang sedikit-sedikit minta di dukung, tapi dukungan itu timbul dulu dari diri sendiri,” ujar Darwin Silalahi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline