Lihat ke Halaman Asli

Kelayakan "Kiai", Agama, dan Sebuah Persepsi

Diperbarui: 7 Juli 2022   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka.com

Melihat bagiamana takbir dari sebuah fakta yang ada akhir-akhir ini. Seperti tabir kehidupan mulai terbuka satu per satu untuk seseorang yang mau mendalami rasa dan berpikir melihat apa yag terjadi secara gamblang.

Memang berpikir pada satu sudut pandang yang menggeneralisir, itu jelas tidak akan menjadi sesuatu yang bijak. Sama halnya jika krisis ekonomi yang terjadi saat ini hanya pada kenaikan harga yang disalahakan.

Apapun yang terjadi itu merupakan rentetan antara factor dan fakta. Tetapi mengapa factor dan fakta akhir-akhir ini seperti menjadi sebuah tanda tanya besar bagi manusia, yang di dalamnya mempertanyakan apa-apa yang sebelumnya patut menjadi sebuah kritisime baru.

Apakah sebuah kelayakan, hal yang dianggap seyogyannya telah dirong-rong oleh realitas fakta yang se-adanya ini? Yang mana terbukanya sebuah informasi, laku manusia, dan ide-ide kebudayaan yang disebarkan sebagai persepsi kebenaran yang sacral mulai dipertanyakan, disinisi, bahkan ditentang faktanya melalui soratan mata?

Pandangan mata yang tidak jauh dari berbagai media, dilayar smart phone, TV dan ruang-raung computer saat ini menjadi saksi bahwa sesuatu akan dilihat sebagaimana adanya.

Kemajuan jaman membuat sekat-sekat tertutup itu mulai terbuka; bahwa semua tidak akan jauh-jauh dari karakter dasar bagaimana sebuah keidealan itu akan dilanggengkan, nyatanya dapat berbalik itulah celah dari keidealan itu di cidrai.

Kini dibalik informasi media-media yang akhir-akhir ini seperti diluar kebiasaan akan persepsi manusia. Bagaiaman agama dan tokoh-tokoh di dalam "agama" mulai disentuh isu dan berbagai hal yang mengganjal persepsi nalar public umat manusia. Inilah titik balik. Titik dimana rasionalitas dan persepsi akan kesakralan itu dipertanyakan.

Mungkinah mempertanyakan kesakralan itu sebagai sesuatu yang dibuat enggan, atau memang semua tidak berani memandang sebuah fakta dari kebenarannya oleh mereka-mereka "entitas" yang disakralkan keberadaannya oleh status quo social yang lama terbangun?

Tentang seorang yang sacral dari tokoh agama disebut "Kiai", yang sedang berpolemik itu. Disinyalir tegas melindungi anaknya sendiri dari sebuah kekliruan yang melanggar atas tindakan dihadapan hukum. Persepsi banyak orang sedang ditantang oleh fakta dari kelayakan akan sebauh status.

Layaknya bagaimana orang-orang sacral itu yang didengarkan titahnya dengan lebel "kiai", seharunya mampu menjadi contoh dari apa yang sering di dengung-dengungkan.

"Hidup ini sementara. Semua harta, anak dan istri hanyalah sebuah titipan. Tidak ada yang langgeng dalam hidup ini. Tidak perlu mempertahankan semua yang sudah di dapat. Hidup harus ikhlas. Tuhan akan terus bersama hambanya".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline