Lihat ke Halaman Asli

Capres 2024, Pilih Tito Karnavian?

Diperbarui: 21 Juli 2020   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: tribunnews.com

Dalam kontestasi politik nasional, strategi jalannya sebuah peta politik pada dasarnya dimulai setelah tahun politik itu usai. Jika di Indonesia tahun politik untuk calon presiden sendiri pada tahun 2019 yang lalu, berarti tahun "2024" masa jabatan lima tahun dari tahun "2019", menyongsong calon presiden yang baru harus dipersiapkan dari saat ini--- ataupun saat presiden masa jabatan 2019-2024 terpilih kemarin.

Berpolitik secara nasional dimana jumlah penduduknya banyak seperti Indonesia, peran media sangat signifikan dalam membangun sosok atau figure calon presiden; maka dari itu siasat calon presiden haruslah sudah dipersiapkan dan matang--- sangat baik dari jauh-jauh hari setelah Presiden sebelumnya secara pasti terpilih.

Maka dari itu tidak ada lama atau cepat waktu dalam menentukan sebuah peta politik seorang calon Presiden. Sebab peta politik untuk posisi tertinggi seperti "Presiden" dalam peta politik nasional daya tariknya sangat mendesak untuk ditentukan meskipun secara waktu masih 5 tahun.

Siapa yang saat itu diperbicangkan masyarakat disanalah proses citra harus dikembangankan baik media atau partai politik tertentu, yang ingin mempersunting figure atau tokoh tersebut sebagai kandidat capres. Supaya ektabilitas calon presiden tersebut ketika sudah dekat masa pemilihan akan diperhitungkan oleh lawan politik, serta masyarakat pemilih pada khususnya untuk tidak kehilangan momentum.

Punya hak memilih dalam politik, saya sebagai masyarakat  sah-sah saja mendukung calon Presiden untuk suara saya di masa pemilihan calon Presiden berikutnya tahun 2024 nanti. 

Oleh karenanya saya sebagai warga Negara Indonesia mempunyai hak menentukan pilihan pada figure meski saat ini tahun 2024 masih sangat jauh.  Namun sebagai upaya mendukung figure tertentu, saya wajib bersuara untuk mempersiapkan figure yang bersangkutan naik pentas politik capres 2024.

Saya mengakui dimasa ketika Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, saya memilih dia sebagai calon presiden Indonesia berikutnya. Tetapi hal lain yang menimpa dirinya serta kasus-kasus kontroversial yang mengahadang dirinya "Ahok" atau Basuki Tjahaja Purnama sangat berpengaruh besar terhadap karir politiknya saat ini.

Ahok dalam berpolitik memang belum mati meskipun kini tidak lagi mengisi jabatan publik dirinya selalu ada ditempat disanubari hati para pemilihnya dulu di DKI Jakarta. Namun dengan berbagai masalah yang menimpanya, tentu mempengaruhi pamor politiknya, yang harus saat ini dirinya susun kembali dari dasar meniti karir politik. Katakanlah kembali mencalonkan gubernur DKI Jakarta, setelah sukses disana ia mungkin akan diperhitungkan lagi dalam kontes politik nasional.

Lamanya fakum menggeluti karir politik akibat menjadi tahanan atas kasus penodaan agama membuat sinar politik Basuki atau Ahok menjadi redup dalam bursa capres tahun 2024 itu tidak saya pungkiri. 

Oleh sebab itu saya harus mencari calon lain menyuarakan suara politik saya di capres 2024, sekiranya dari rekam jejak dan standart kepatutan menurut saya mempuni sebagai seorang Presiden.

"Selama saya mengamati politik nasional saat ini memang tidak ada yang menonjol menarik untuk saya pilih sebagai calon presiden terkecuali "Tito Karnavian", yang saat ini menjadi mentri dalam negri".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline