Lihat ke Halaman Asli

Membidik Uang Lewat Tulisan

Diperbarui: 22 Mei 2019   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi diambil dari pixabay.com

"Kebanggan datang dari arah manusia dalam bereksistensi sebagai, untuk itu, manusia harus membangun kebanggannya sendiri untuk mengisi ruang hidupnnya"

Berhasil mendapatkan uang dari setiap tulisan yang terbit di kompasiana ini membuat saya berpikir. Ini adalah salah satu peluang di mana memperbaiki taraf ekonomi menjadi semakin terbuka. Meskipun hasil yang di dapat di kompasiana masih sedikit, namun setidaknya sudah menjadi jawaban bahwa; "saya juga bisa dapat uang selain dari jeri payah sebagai buruh".

Memang masih jauh dari harapan ketika saya ingin melampaui hasil yang memuaskan, dimana target untuk itu, "melebihi pendapatan dari gaji saya tiap bulan". Tetapi saya mengira itu bukan suatu yang mustahil. Nyatanya untuk hasil di kisaran "tiga besar K-reward" pun sudah melampaui gaji saya tiap bulan.

Dirasa-rasa menulis dan berbisnis tulisan sebagai solusi manusia seperti saya. Mungkin juga Anda yang bernasib sama seperti saya, di mana gaji tiap bulan hanya pas-pas'an dalam semesta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari walupun "lajang".

Mau usaha dalam bentuk modal, misalnya buka Warung atau beli Sawah tidak mungkin bisa, gaji hanya sebatas UMR, itu pun di kota kecil Jawa Tengah yang masih terbelakang soal penggajian buruhnya. Maka dari itu, apakah saya salah ketika dalam memandang dunia dengan moderitasnya sedikit lebih pesimis?

Memandang pernikahan, hidup di masa depan dengan berbagai kebutuhan, seperti punya rumah, menghidupi anak dan lain sebagainya yang semakin banyak uang yang dibutuhkan. 

Saya kira bukan saya saja yang pesimis, mereka diposisi sama, saya yakin merasakannya juga. Tidak jarang jika volume sebagai lajang sendiri semakin meningkat populasinya pada saat ini.

Tetapi dalam batin saya, tidaklah, saya tidak mau lajang selamanya. Saya juga butuh belajar sebagai manusia, dari membesarkan anak lalu mereka menjadi dewasa. Memang, realistis saja berpikir, ini pasti berat, tetapi saya berpikir, untuk menjadi manusia seutuhnya butuh berproses melalui menciptakan anak, " untuk melanjutkan tatanan dunia ini".

Ah, saya tidak mau mendramatisir dan mengahru birukan nasib hidup ini. Saya kira semua orang punya kesempatan yang sama akan bakat dan potensinya, optimis! 

Tidak melulu ia dari kalangan keluarga kaya, pas-pas'an atau miskin sekalipun. Dunia terbuka dengan kemajuan teknologi, meskipun paradoks ketika kebanyakan tulisan saya bahannya dari moderitas yang rancu dan menurut saya pantas untuk ditulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline