Lihat ke Halaman Asli

Telco, Bisnis Menggiurkan Tak Ramah Pekerjanya

Diperbarui: 29 April 2018   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesatnya teknologi telekomunikasi tidak lepas dari permintaan pasar yang menjajikan. Bahkan diera yang serba digital ini komunikasi dan data merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Tidak hanya orang dewasa, kini anak balita saja sudah menjadi konsumen kecanggihan teknologi. Meskupun balita hanya penikmat game pada smart phone atau gedget setidaknya itu bisa menjadi indikator bagaimana transaksi data dimasa depan akan terus meningkat.

Dengan potensi konsumsi data dan komunikasi yang terus meningkat para provider berlomba-lomba memberikan layanan jaringan paling baik terhadap para konsumennya. Begitu pula dengan para vendor-vendor perangakat-perangakat telekomunikasi, mereka berlomba menciptakan teknologi yang canggih juga efisien demi menurunkan biaya tinggi yang selama ini ditanggung provider telekomunikasi dan konsumennya.

Tidak jarang para provider telekomuniasi memilih vendor yang menyediakan perangkat murah dengan kualitas produksi jaringan yang baik. Upaya ini adalah semata-mata untuk konsumennya tetap memilih produknya dan menjaring konsumen-konsumen baru yang tertarik pada biaya data yang murah dengan kualitas baik. Logika konsumen kalau ada yang murah dan jaringannya baik kenapa tidak menjadi pelanggannya. Inilah sebab para provider dan vendor telekomunikasi putar otak disamping harus menyediakan jaringan yang baik juga harus menjadi yang paling murah agar bisa bertahan.

Kini dengan tuntutan pasar yang semakin menuntut mau tidak mau dan suka tidak suka para penyedia layananan telekomunikasi harus bekerja lebih keras dan berkorban lebih banyak agar produknya tetap diganderungi oleh para konsumen. Tetapi yang lebih esensial dari itu semua adalah provider dan vendor telekomunikasi masih tetap bisa bertahan di era bisnis yang kompetitif ini. Tidak jarang strategi bisnis model baru mereka ciptakan antara provider dan vendor telekomunikasi, dari sistem sewa gratis berjangka dan lain sebaginya untuk efektifitas bisnis dari masing-masingnya.

Namun bagaimanapun efektifitas dan efisiensi dari sistem akan selalun memakan korban. Yang terimbas langsung adalah sumber daya manusia yang membangun dan mengembangakan jaringan telekomunikasi tersebut. Banyak perusahaan ditelekomunikasi ini membayar murah upah pekerjanya atau bayar lebih mahal dibebani kerja yang lebih banyak.

Dalam hal ini memang tidak ada yang salah semua benar demi eksistensi masing-masingnya. Provider dan vendor telekomunikasipun butuh keuntungan yang pasti untuk menarik para investornya guna mendukung ekspansi usahanya dan mengembangkan kualitas jaringannya.

Kompetitifnya bisnis antar porvider dan vendor telekomunikasi adalah sesuatu yang harus dibayar. Meskipun permintaan data dan komunikasi terus menanjak namun pemain dalam pusaran dunia telko semakin banyak dan menjamur.

Semua beradu yang termurah juga ingin yang terbaik jaringannya, berharap saling menjaring pelanggan-pelanggan lain yang kecewa jaringan jelek dan harga data dan komunikasi yang tinggi. Mungkin upah murah bagi pekerjanya merupakan konsukwensi yang telah terbayar itu, meski pahit mau tidak mau harus tetap dijalani.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline