Lihat ke Halaman Asli

KKN Balesari

Publisher KKN Balesari UM 2019

Menengok Histori dan Edukasi Religi di Keraton Gunung Kawi

Diperbarui: 29 Januari 2020   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. KKN Balesari

Mendengar nama Gunung Kawi, pasti akan terlintas kata mistis dipikiran kita. Wilayah Gunung Kawi sendiri sudah terlanjur mendapat julukan dengan istilah tempat wisata spiritual dan juga tempat mencari "Pesugihan". Di Gunung Kawi terdapat tempat yang bernama Keraton Gunung Kawi, suasana di sana cenderung tenang dengan jajaran hutan pinus yang masih rindang. 

Terletak sekitar 60 menit dari Kota Malang dengan menggunakan mobil, Keraton Gunung Kawi sengaja dibuat jauh dari keramaian oleh pendirinya yaitu Prabu Kameswara II. Bangunan Keraton Gunung Kawi ini memiliki bentuk fisik yang tidak begitu megah karena memang difungsikan sebagai tempat untuk bertapa.

Sejarah awal munculnya Keraton Gunung Kawi adalah sebuah padepokan yang didirikan seorang raja yang berasal dari Kerajaan Dhoho (Kerajaan Kediri) Prabu Kameswara II, Beliau meninggalkan pesan kepada rakyatnya bahwa beliau akan pergi "mukso" (menyatu dengan alam) ke Gunung Kawi, yang lokasinya berada antara selatan dan timur. Disanalah Prabu Kameswara II membuat sebuah padepokan sebagai tempat tinggal bersama sang istri, tepatnya pada tahun 1112.

Prabu Kameswara II dan istrinya tinggal di padepokan ini selama 3 tahun dan meninggal pada tahun 1115. Di Padepokan ini, Prabu Kameswara II memiliki 3 pengikut yaitu, Eyang Hamid, Eyang Joyo, dan Eyang Broto, serta bertemu dengan Eyang Sinduharjo yang sempat diangkat menjadi patih Sidoarjo. 

Jadi saat mereka berada di padepokan ini, mereka belum mengenal agama dan masih mempercayai ajaran animisme seperti menyembah batu, pohon, dsb. Kemudian datang Mpu Sendok II yang memberikan pengaruh agama Hindu dan diajarkan di daerah lereng Kawi.

Dok. KKN Balesari

Karena kesaktian Prabu Kameswara II dan istrinya, banyak orang yang datang untuk mencari berkah dan memohon doa kepada yang Maha Kuasa sehingga Prabu Kameswara II membangun sebuah tempat persemedian yang diberi nama Sanggar Pamujan.

Perkembangan zaman yang sangat pesat, mempengaruhi masuknya berbagai agama di wilayah ini. agama yang masuk seperti Islam, Kristen, Budha, Konghucu, dll mempengaruhi masyarakat sekitar yang mendorong terbangunnya tempat ibadah di sekitaran Kraton tersebut. Sehingga pada akhirnya terbentuk Keraton Gunung Kawi yang merangkul 5 agama.

Dok. KKN Balesari

Setelah Indonesia merdeka, pengunjung Keraton Gunung Kawi terbilang sangat ramai terutama oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Namun, karena ketidakstabilan kondisi di Indonesia pada tahun 1965 menyebabkan lokasi kraton ini sempat ditutup dan kembali dibuka pada tahun 1974. Saat ini, meskipun tidak seramai Pesarean Gunung Kawi, Kraton Gunung Kawi masih dipercaya memiliki pusaran energi spiritual untuk menyucikan diri dan menenangkan hati.

Dok. KKN Balesari

Keraton Gunung Kawi memiliki suasana yang masih sangat asri dan bersih. Selain itu, wisata ini juga memiliki suasana yang sangat kuat sisi spiritualnya, tetapi tempat ini bisa jadi tempat wisata religi yang memberikan banyak pengetahuan baru tentang sejarah dan pastinya tentang agama.

Penulis : Rendra Fitriana

Editor : Nurul Fitria

Ditulis pada tanggal 7 Januari2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline