Lihat ke Halaman Asli

KKN 187 Sukoreno

KKN Kolaboratif

Kunjungan UMKM Tahu di Dusun Grugul Desa Sukoreno, Kalisat oleh KKN-K 187

Diperbarui: 15 Agustus 2022   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil Menengah yang merujuk pada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-Undang No 20 Tahun 2008. Sebagai bagian dari tridharma perguruan tinggi, program Kuliah Kerja Nyata memiliki salah satu tujuan yakni pengabdian kepada masyarakat. 

Pengabdian kepada masyarakat ini diwujudkan salah satunya dengan memajukan UMKM yang dikembangkan oleh masyarakat. KKN Kolaboratif pun tidak ketinggalan dengan program tersebut yaitu mengabdi untuk memajukan UMKM yang berada di masyarakat. KKN-Kolaboratif kelompok 187 yang ditugaskan di Desa Sukoreno juga ikut ambil alih dalam usaha pengembangan UMKM di desa tersebut. 

Setelah mencari apa saja UMKM yang tengah  dikembangkan oleh masyarakat Desa Sukoreno kepada perangkat desa, selanjutnya para mahasiswa terjun secara langsung untuk bertanya dan mencari tahu terkait usaha mikro di desa tersebut. 

Desa Sukoreno merupakan salah satu desa yang memiliki berbagai macam UMKM yang telah bergerak dari dahulu seperti halnya usaha rumahan pembuatan rambut palsu, usaha tahu, serta usaha pembibitan ikan koi dan nila.

UMKM yang menarik perhatian mahasiswa KKN-K 187  salah satunya adalah usaha tahu rumahan milik bu Siddah yang bertempat di Dusun Grugul RT 2/ RW 1 Desa Sukoreno. Bu Siddah merupakan salah satu warga Desa Sukoreno yang mengembangkan usaha tahu rumahan sedari dulu. 

Tahu yang dihasilkanpun sangat digandrungi oleh masyarakat,  terbukti dengan penjualan sebesar 50 kg perhari. Dalam sehari Bu Siddah bisa menghasilkan 21 bak tahu yang didistribusikan ke pengepul di Pasar Wirolegi

Dokpri

Dokpri

Ibu Siddah bercerita bahwa pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya menurun, yang mengakibatkan Bu Siddah harus memberhentikan empat orang karyawannya dan akhirnya usaha tahunya dikerjakan oleh keluarga sendiri. 

Selain itu, kenaikan harga kedelai yang awalnya berada di kisaran Rp 7.500,-  menjadi Rp 12.000,- per kilogram membuat Ibu Siddah harus memutar otak untuk mengatasinya. Akhirnya, Bu Siddah memutuskan untuk mengecilkan ukuran tahu agar tidak menaikkan harga supaya konsumen tidak hilang.

Usaha tahu ini harus terus dikembangkan dari segi pemasaran serta pengemasan agar semakin maju. Usaha ini bisa menjadi salah satu potensi yang ada di Desa Sukoreno karena jika usaha ini terus berkembang bisa menjadi jalan untuk membuka lapangan pekerjaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline