Lihat ke Halaman Asli

Kim SiA

Kim Si A

Saya dan Rutinitas Bakti Sosial di Desa Kusta

Diperbarui: 16 Januari 2020   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halo, nama saya Kim Si A. Saya adalah murid biasa yang kurang aktif dalam pelajaran, tetapi aktif dalam bakti sosial. Awalnya saya hanya murid yang bersekolah di SMPK Ora et Labora BSD. Tetapi berawal dari bakti sosial kecil hingga sekarang saya tetap mengikutinya. Saya akan menceritakan pengalaman saya berbakti sosial.

Sebulan sekali saya dan keluarga saya pergi ke Desa Kusta. Keluarga saya membawa obat-obat dari Korea dan dari Pramuka (warung obat). Di desa itu kami mengadakan pengobatan gratis. Kami pergi dengan dua dokter yaitu satu dokter umum dan satu dokter gigi. Ibu saya adalah dokter kusta.

Saya dan ayah saya bagian cek darah kolestrol, asam urat, dan gula darah. Kakak saya dan satu mahasiswa yang tinggal bersama keluarga saya, di bagian apotek. Dan terakhir Karyawan ibu saya di pendaftaran.

Di pendaftaran, kami cek tensi/tekanan darah. Sebelum kami memulai kegiatan bakti sosial, kami selalu membukanya dengan doa. Terkadang ada tamu datang untuk membantu kami.

Di tempat itu juga ada anak umur 15 tahun bernama Puput menderita kusta. Dia sudah hampir tiga tahun menderita kusta. Awalnya ibu saya mengobati Puput di rumahnya, namun karena penyakitnya parah, Puput dirawat di rumah sakit.

Saat Puput dirawat, keluarga saya pergi menjenguk. Kami membawa popok untuk Puput, pop mie untuk ibu Puput, dan buah-buahan. Ibunya berkata bahwa Puput menangis saat dimandikan karena sakit. Lalu sebelum pulang kami mendoakan Puput. Saya sangat sedih melihat teman sebaya saya adalah penderita kusta.

Kami tidak hanya mengadakan pengobatan gratis tetapi kami juga mengadakan bazaar. Kami menjual baju pakaian yang masih bisa dipakai dengan harga yang murah. Seperti, baju biasa/dewasa Rp2.000 dan pakaian anak kecil Rp1.000.

Namun masih ada ibu-ibu yang menawar menurunkan harga. Jika tidak diturunkan mereka berkata kasar dan menghina. Ada juga yang mencuri dan juga berbohong.

Kami tidak hanya di Sitanala (desa kusta), namun juga di Donorojo, Semarang. Keluarga saya dan saya pergi ke Donorojo dua bulan sekali. Di Donorojo juga banyak penderita kusta.

Kami biasanya berangkat hari Jumat sore perjalanan 12 jam dan mulai pengobatan pada Sabtu pagi. Minggunya kami beribadah di gereja dekat Benteng Portugis yaitu Gereja Elsadai.

Banyak orang yang mengira kusta menular, namun kusta berasal dari bakteri. Jangan pernah takut karena kusta menular. Kusta tidak pernah menular. Kusta berawal dengan bakteri yang suka kotoran. Kita harus sering cuci tangan. Banyak orang juga mengira kusta tidak sembuh. Tetapi banyak penderita kusta yang di Sitanala telah sembuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline